Salatiga, Sekarang Tak Sekadar Kota Transit

Salatiga, KabarBerita.id — Aldi Lasso, saudara kandung penyanyi Dewa 19 Ari Lasso, telah berkenan menjadi narasumber webinar Koteka Talk ke 157.

 

Aldi yang sekarang bekerja sebagai dosen UKSW untuk mata kuliah Pengantar Pariwisata, ternyata sangat aktif menjadi pembicara di seminar-seminar pariwisata.

 

Alumni S3 sebuah Universitas di Australia ini juga memiliki kesibukan lain membantu pokdarwis  (kelompok sadar wisata) yang didominasi anak muda untuk mensukseskan program “Gowes neng Tingkir” (Naik sepeda di Tingkir). Agenda wisata yang dilaksanakan dengan naik sepeda ini baru saja mendapat bantuan 18 unit sepeda yang langsung digunakan. Di desa Tingkir, wisatawan belajar memasak kuliner tradisional seperti coklat tempe dan sambal tumpang.

Aldi juga menceritakan betapa damainya kota Salatiga saat Natal. Sebagai kota paling toleransi nomor dua di Indonesia.

 

Karena saat liburan Natal, mahasiswa UKSW libur, sebagian besar pulang ke daerahnya masing-masing, UKSW yang terkenal sebagai Indonesia Mini ini membuat kota Salatiga menjadi tenang.

 

Sepinya kota Salatiga tidak mengurangi semangat Natal. Di kampus UKSW meriah dengan ornamen Natal, sementara mahasiswa luar pulau yang masih tinggal di sekitar kampus terlibat dalam parade Christmas seluruh gereja-gereja di Salatiga. Mereka keliling kota membagikan suka cita Natal kepada seluruh warga kota, berangkat dari kampus dan berakhir di kampus UKSW.

 

Inilah wujud toleransi yang diimplementasikan di kota kecil ini. Rukun dan damai bagi semua warganya.

 

Dari sektor pariwisata, Aldi mengingatkan, menginaplah di Salatiga. Jangan jadikan kota Salatiga hanya sebagai kota transit saja.

 

Karena Salatiga memiliki kuliner yang sedap. Ada ronde Jago, soto Esto, sate Suruh dan sambal tumpang. Selain itu Salatiga juga memiliki destinasi wisata seperti desaTingkir Lor, paket wisata di Kauman Kidul, ada river tubing di Kali Taman yang juga memiliki kolam renang, atau berendam kaki di Kali Wedok dengan gigitan ikan-ikan kecil, sambil menonton pagelaran tari. Juga ada getuk ketek dan Argo Telo, kampung yang mengolah singkong secara modern, dengan cita rasa kekinian.Juga ada sarana wisata untuk aktivitas anak-anak.

 

Mau mencari udara sejuk pegunungan, pergilah ke Kopeng atau Merbabu Park.

 

Selain itu dengan menginap di Salatiga, dekat akses ke Semarang, dengan tempat-tempat bersejarah seperti Sam Po Kong, Kota Lama dan Lawang Sewu. Mau ke Solo dan Jogja untuk mengunjungi kraton juga dekat.

 

Banyak destinasi wisata anti mainstream di Salatiga, seperti Rawa Pening, dimana kita bisa menyewa boat atau perahu untuk keliling rawa.

 

Di akhir webinar, Aldi juga sempat menyinggung album mini dengan tiga lagu yang diciptakannya saat Covid sedang melanda Salatiga. Kehilangan pendeta yang dekat dengannya, membuatnya menjadi was-was penuh kekhawatiran. Pada saat teduh, akhirnya ke tiga lagu ini tercipta. Kita bisa hidup tenang hanya kalau dekat dengan Tuhan, jadi lagu ini berusaha menuntun orang kembali ke Tuhannya, apa pun agama yang diyakininya  itulah sebabnya, album lagi ini dinamai “I Find Peace”.

 

Beaya produksi rekamanjya murah meriah, karena hanya menyulap kamar anaknya menjadi studio, karena saat Covid kita sulit ke studio rekaman, aransemen musik dibantu teman gerejanya.

 

Promosi album ini hanya dilakukan melalui sosial media dan talk show di radio-radio. Susah melakukan promosi off air, karena kesinbukannya sebagai dosen.

 

Sebagai pamungkas, Aldi berharap tetjadinya kolaborasi atau integrasi pihak-pihak terkait sebagai stake holder pariwisata untuk duduk bersama merencanakan master plan dalam satu paket, agar dunia pariwisata tidak saling kanibal, tetapi dapat diintegrasikan dalam sebuah kalender event, dengan klimaks event berskala international.

Tinggalkan Balasan