Jakarta, KabarBerita.id — Sebuah kisah viral di media sosial mengenai seorang bocah berusia 12 tahun yang menjalani cuci darah karena mengalami gagal ginjal memicu pertanyaan seputar dampak jarang minum air putih. Sang ibu menyatakan bahwa kebiasaan minum air putih yang kurang dan lebih banyak mengonsumsi minuman serbuk membuat anaknya mengalami pembengkakan tubuh dan ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 3 hari.
Tetapi, apakah benar bahwa kurang minum air putih dapat menyebabkan gagal ginjal?
Minum air memainkan peran penting dalam membantu ginjal membuang limbah tubuh dan menjaga pembuluh darah tetap terbuka, memastikan aliran darah yang lancar ke ginjal. Dehidrasi kronis dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen dan gagal ginjal.
Tingkat dehidrasi ringan memiliki gejala seperti haus berlebih, penurunan frekuensi buang air kecil, kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, dan sembelit. Dehidrasi parah dapat menunjukkan gejala lebih serius seperti perubahan fungsi organ, penurunan drastis dalam frekuensi buang air kecil, tekanan darah rendah, demam, kejang, hingga feses berdarah.
Menjaga tubuh terhidrasi dengan cukup cairan, seperti air putih, merupakan solusi sederhana untuk mengatasi dehidrasi ringan hingga sedang. Asupan harian yang cukup adalah sekitar 15,5 gelas air untuk pria dan 11,5 gelas untuk wanita.
Saran untuk menjadikan minum air sebagai kebiasaan sehari-hari, termasuk minum saat makan, dapat membantu mencegah masalah ginjal. Bagi yang kurang menyukai air putih, bisa mencoba menambahkan irisan lemon atau buah segar untuk meningkatkan rasanya.
Penting untuk memahami bahwa dehidrasi parah memerlukan perhatian medis serius, karena dapat memengaruhi fungsi ginjal dan meningkatkan risiko batu ginjal serta gagal ginjal. Dengan menjaga asupan cairan yang cukup, kita dapat mencegah potensi risiko kesehatan seperti yang dialami oleh bocah berusia 12 tahun yang harus menjalani cuci darah.
