Berita  

Awas, Film Joker tak Pantas Ditonton Anak-anak

Jakarta, KabarBerita.id — Seorang ibu dua anak yang telah menyaksikan Joker, Widya Saku mengatakan, kisah Joker terlalu kelam untuk pemirsa cilik. Ia menonton Joker di hari pertama pemutarannya di Indonesia pada Rabu (2/9) lalu.

“Selesai menonton, saya dan suami merasa agak terpengaruh dengan ceritanya. Jadi berasa psycho juga,” ujar Widya yang sedikit tercenung saat berbincang dengan Republika.co.id pada Jumat malam.

Penonton lainnya, Andri Saubani, juga sependapat. Ia menilai cerita Joker terlalu muram hingga tak cocok buat anak.”Saya saja sempat ikut depresi ketika melihat salah satu adegan. Abis itu langsung istighfar,” ungkapnya seraya tertawa miris.

Tanpa memberikan spoiler, Andri yang menonton di hari pertama Joker diputar mengingatkan para orang tua, Joker bukanlah film Batman. Ia mengatakan, orang tua harus tahu itu agar tak sampai membawa anaknya menyaksikan kisah tokoh penjahat dari jagat DC Comic tersebut.

Andri memuji Joaquin Phoenix yang sangat sempurna memainkan sosok Joker. Ia mengatakan, Phoenix layak dapat Oscar atas perannya itu.

“Masterpiece-lah Joker ini. Joaquin Phoenix aktingnya gila, Heath Ledger lewat,” komentarnya membandingkan kekuatan akting Phoenix dengan pemeran Joker di The Dark Knight.

Tak seperti film-film arahan Todd Phillips lainnya, yaitu tiga film The Hangover dan Due Date yang mengundang tawa, Joker memang memiliki nuansa yang gelap sekaligus “mengganggu”. Tak ada tawa yang bisa tercipta ketika menonton film yang mendapat penghargaan Golden Lion Award di Festival Film Venice itu.

Adegan-adegan kebrutalan yang dikemas secara realis membuat Joker tak akan nyaman untuk dinikmati anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun. Phillips membawa kesuraman kehidupan Joker ke level yang jauh lebih tinggi, sangat gelap dan cenderung menakutkan.
Dalam Joker, Phoenix memerankan Arthur Fleck, seorang pria berprofesi komedian dan badut yang mengidap gangguan mental. Arthur yang tinggal bersama ibunya di sebuah apartemen reyot memiliki hidup yang kelam karena tuntutan orang-orang yang memintanya untuk terus lucu.

Beberapa adegan yang mencerminkan keputusasaan, kebrutalan, dan kekerasan ditampilkan secara gamblang oleh Phillips di film ini. Phillips juga tak ragu menampilkan adegan-adegan kekerasan yang menggunakan benda tajam atau senjata secara terang-terangan.

Phoenix benar-benar membuat Joker terasa begitu hidup dan nyata. Untuk memperkuat karakter Joker, Phoenix sampai mengurangi bobot tubuhnya hingga lebih dari 20 kilogram selama proses syuting film ini. Alhasil, perawakannya tampak optimal untuk menggambarkan kegusaran hidup Arthur.

Penjiwaan Phoenix dalam membawakan peran Arthur sangat nyata dan seperti ‘mengancam’. Phoenix juga mampu memberikan ekspresi sedih yang mengesankan kepiluan yang mendalam di dalam tawa-tawa Arthur.

Tinggalkan Balasan