Tak Semua Gejala Virus Polio Sebabkan Kelumpuhan Pada Anak

Jakarta, KabarBerita.id — Virus polio kembali mengancam warga Indonesia terutama kelompok anak. Orang tua perlu mengetahui beberapa gejala virus polio pada anak.

Satu kasus Polio ditemukan di Kabupaten Pidie, Aceh. Kasihan dilaporkan telah mengalami gejala demam pada awal bulan Oktober yang lalu serta rasa lemah di otot.

Dalam laporan tersebut diketahui bahwa pasien yang bersangkutan belum pernah mendapatkan imunisasi polio. Padahal imunisasi menjadi salah satu cara untuk mencegah penyakit berbahaya tersebut.

Polio sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus bernama sama. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernafas hingga kematian.

Gejala virus polio pada anak.

pada dasarnya virus ini dapat menyerang siapa saja. Akan tetapi berdasarkan catatan organisasi kesehatan dunia (WHO) Polio umumnya menyerang anak berusia di bawah lima tahun.

Dengan demikian orang tua rasanya perlu tahu beberapa gejala virus polio pada anak.

Sebelumnya perlu diketahui bahwa tidak semua virus polio menyebabkan kelumpuhan. Pada beberapa kasus infeksi hanya menimbulkan gejala ringan berupa flu atau penyakit infeksi lainnya.

Gejala yang muncul pada umumnya demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, muntah, kelelahan, sakit atau kaku pada bagian punggung dan leher serta otot terasa lemas.

Gejala tersebut akan bertahan selama setidaknya 10 hari.

Sementara pada kasus yang lebih serius virus polio dapat menimbulkan kelumpuhan.

Pada awalnya pasien akan mengalami gejala ringan seperti di atas, namun pada satu pekan kemudian ada beberapa gejala lain yang muncul seperti kehilangan refleks, otot terasa lemah dan kaki terkulai.

Orang tua disarankan untuk waspada beberapa gejala virus polio pada anak di atas demi mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Pasalnya sekitar satu dari 200 infeksi polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Sementara itu diantara pasien yang mengalami kelumpuhan ada sekitar 5 hingga 10% dilaporkan meninggal dunia saat otot Pernapasan tidak dapat bergerak.

Tinggalkan Balasan