Jam Tangan Satu Dasawarsa dan Kesederhanaan Seorang Anies Baswedan

Oleh Ayu Sima Lestari

Pagi ini, seorang teman mengirimkan sebuah foto dari akun Instagram @fotoanies melalui pesan instan. Di bawahnya, dia berkomentar: “Ini orang gak punya duit apa ya? Masak dari 10 tahun lalu jamnya gak ganti hahaha”. Demikian pesan teman tersebut.

Saya paham, pesan dia hanya sebuah seloroh. Hanya sebuah candaan. Dia mengirimkan foto Anies tahun 2011. Jam tangan yang dipakai Anies ternyata masih sama dengan yang biasa dipakai hari ini.

Teman saya sudah pasti jeli soal jam. Dia adalah seorang pecinta jam tangan. Meskipun hanya kolektor jam tangan kelas menengah ke bawah, tapi pengetahuannya soal jam sangat luar biasa.

Makanya ketika heboh seorang jenderal memakai jam Richard Mille dan bilang palsu, teman saya langsung bilang: bohong. Jam tangan sang jenderal menurut teman tersebut asli. Dan saya percaya pada teman saya ini.

Kembali ke topik sebelumnya, tentang jam tangan Anies, hal tersebut sebenarnya bukan hal yang mengagetkan. Tak perlu heran bila Anies menggunakan jam lama yang umurnya sudah 11 tahun atau bahkan lebih.

Anies memang sosok yang Sederhana. Bersahaja dan tidak neko-neko. Cerita ini saya dapat dari seorang teman yang kenal dekat dengan Anies Baswedan. Bagi Anies, jam adalah alat penunjuk waktu. Bukan sebuah perhiasan. Bila jam tangan tersebut masih berfungsi baik, kenapa harus gonta-ganti jam. Apalagi alasannya demi meningkatkan prestise.

Sederhana atau bersahaja itu adalah sebuah sikap untuk tidak berlebih-lebihan. Sebuah sikap untuk bertindak simple. Bukan berarti segala sesuatunya harus irit. Tapi meletakkan segala sesuatunya sesuai fungsinya. Seperti jam, fungsi utamanya sebagai penunjuk waktu, bukan perhiasan.

Rasanya, cara berpikir tersebut tidak lepas dari didikan keluarga. Keluarga Anies adalah keluarga yang bersahaja dan tidak aneh-aneh. Rumahnya pun tidak mewah. Keluarga ini bukan tipe keluarga yang suka bersolek. Mereka lebih suka mengajar dan bekerja untuk sesama.

Ayah dan ibu Anies adalah dosen yang mendedikasikan diri untuk dunia pendidikan. Daripada mengumpulkan materi, orang tua Anies lebih suka menggunakan apa yang dimiliki untuk menyebarkan ilmu.

Di rumah mereka di Gang Grompol Sleman rutin menggelar kajian. Bersama para tetangga, rumah tersebut dijadikan tempat untuk belajar bersama.

Hal tersebut ternyata menurun ke Anies. Meski pernah menjabat posisi-posisi strategis seperti Menteri Pendidikan dan Gubernur DKI Jakarta, tapi hidup Anies tetap bersahaja. Salah satunya terlihat dari jam tangan yang sudah berumur lebih dari satu dasawarsa dan masih digunakan sampai hari ini.

Di tengah isu pejabat publik yang gemar pamer gaya hidup mewah, kebersahajaan Anies ibarat oase di tengah padang pasir. Kita memerlukan tokoh publik yang bersahaja seperti Anies. Yang fokus untuk menyemai gagasan dan menggulirkan perubahan, dibanding memamerkan kekayaan.

Tinggalkan Balasan