Bisakah Atasi Polusi Udara dengan WFH?

Jakarta, KabarBerita.id — Wacana work from home atau WFH untuk mengurangi polusi udara mulai diterapkan sejak Senin (21/8) untuk para ASN.

Hal ini dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk 50 persen aparatur sipil negara (ASN). Sebenarnya hal ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan jalan raya. Namun secara tak langsung, hal ini juga bertujuan untuk mengurangi polusi udara.

Ia mengklaim kebijakan ini bukan untuk mengurangi polusi udara, tapi demi mengurai kemacetan.

“WFH kan bukan memecahkan solusi polusi udara. Mengurangi kemacetan,” kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Tak dimungkiri berbagai instansi memang mewacanakan WFH sebagai langkah untuk mengurangi polusi udara. Namun benarkah WFH bisa mengurangi polusi udara?

Dokter spesialis paru, Feni Fitriani Taufik mengungkapkan bahwa hal ini tak 100 persen berhasil.

“WFH bisa atasi polusi? Yang harus diatasi itu sumbernya, misalnya transportasi, pembangkit listrik batu bara. Tujuannya untuk mengurangi efek pajanan kepada masyarakat. Tapi ya yang diatasi ya sumbernya,” ucap Feni saat konferensi pers PDPI beberapa waktu lalu.

“Bagaimana dengan WFH? WFH bisa jadi bahan pertimbangan, tapi itu juga perlu perhitungan dan analisis lebih dalam. Intinya, WFH itu bukan untuk mengurangi polusi tapi pengurangi paparan polusi.”

Ucapan Feni didukung pula oleh dokter spesialis paru Erlang Samoedro. Dia menyebut bahwa WFH tidak akan menyelesaikan masalah polusi. Erlang mengungkapkan bahwa jika dilihat dari data di Jakarta, pemerintah menyebut sektor transportasi menyumbang 40 persen polusi.

“Jadi kalau semuanya WFH, ya cuma menurunkan 40 persen polusi saja (dari 100 persen). WFH mengurangi polusi, betul, tapi nggak drastis mengurangi banget.”

“Itu dalam kadar estrem ya bisa turun 40 persen, paling kalau biasa ya (WFH) hanya bisa turunkan 20 persen polusi karena transportasi. Butuh banyak sektor dan upaya yang dikerjakan, bukan cuma transportasi saja.”

Usai hari pertama dengan 50 persen ASN yang melakukan WFH, kualitas udara belum juga membaik. Berdasarkan situs pemantau udara, IQAir, Jakarta masih masukempat besar kota dengan kualitas udara buruk di Indonesia. Nilainya mencapai 158, masuk kategori Tak Sehat (Unhealthy) lantaran 14 kali di atas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Tinggalkan Balasan