Berita  

Terinspirasi Adly Fairuz, Arya Sandhiyudha Tertarik Jadi Caleg PKS

Jakarta, KabarBerita.id — Adly Fayruz aktor film Jodoh Wasiat Bapak belakangan menjadi ikon baru PKS dari kalangan generasi muda. Di Bangi Cafe, Pasar Minggu, dalam talk show bersama Presiden PKS M. Sohibul Iman, didapati juga bersama Adly, tokoh muda lain yang juga langganan TV yaitu Arya Sandhiyudha. Bedanya dengan Adly, Arya dikenal di TV bukan sebagai aktor, namun sebagai pengamat politik internasional.

Arya adalah Warga Negara Indonesia pertama yang meraih gelar Doktor bidang Hubungan Internasional dari kampus Turki. Sejak menjadi kandidat Doktor, ragam TV nasional dan media menjadikannya pengamat politik internasional dan rujukan media TV dan cetak nasional ketika mengulas isu dinamika global dan hubungan internasional.

Ketika diklarifikasi apakah kedatangannya di acara itu akan berlanjut pada rencana pencalonan dirinya melalui PKS, Arya mengatakan masih dalam pertimbangan. “Ini masih pertimbangan, tapi melihat Adly profesional juga bisa diterima di PKS, berarti partai ini cocok untuk jiwa muda dan nggak akan mematikan kecenderungan potensinya. Itu jaminan yang sangat baik.”

Ketika ditanya, bagaimana dengan alasan kecocokannya bersama PKS,

“Banyak banget figur dengan latar akademisi dan tradisi intelektual yang baik di PKS. Presiden PKS nya saja mantan Rektor (Universitas Paramadina-red). Kemarin di DKI juga sosok yang dicalonkan juga yang punya bobot emosional dan intelektual matang. Ini kecocokan pertama. Ini juga kebutuhan utama Indonesia.”

Arya yang meraih Master nya dalam bidang Studi Terorisme dan Studi Pertahanan dari Rajaratnam School and International Studies, Nanyang Technological University, Singapura juga menjelaskan kecenderungannya, “Meski nanti ikut pencalegan melalui PKS, Saya akan tetap menjadi diri Saya sendiri, menjaga hubungan dengan semua parpol dan ormas. Sebagai pakar hubungan internasional Saya intens komunikasi dan interaksi dengan semua pimpinan parpol di Komisi I DPR RI. Itu harus tetap Saya jaga. Politik tidak boleh mengganggu silaturahim.”

Selain itu Arya juga menjelaskan latar belakang keluarganya yang plural, “Saya dan istri punya latar keluarga besar yang sangat plural, secara etnik, agama, ataupun afiliasi ormas dan parpol. Jadi ini melekat sebagai karakter, mindset, dan sikap dasar kami. Saya akan tetap menjaga komunikasi dengan semua golongan, sebagaimana akan tetap menjaga menjaga komitmen akademik dan kaidah intelektualitas dalam bersikap.”

Arya menegaskan bahwa nasionalisme adalah syarat agar Indonesia eksis dan kuat, “kebhinekaan itu jangkar kekuatan NKRI, siapapun harus menjaganya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan