Eks Presiden Rusia Ancam Gunakan Nuklir Apabila Ukraina Lakukan Serangan Balasan

Jakarta, KabarBerita.id — Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Kremlin kemungkinan bisa menggunakan senjata nuklir apabila Ukraina sukses melancarkan serangan balasan.

“Bayangkan jika serangan perlawan (Ukraina) bersama NATO sukses dan berakhir dengan mengambil alih tanah kita. Maka kami harus menggunakan senjata nuklir berdasarkan ketentuan Keputusan Presiden Rusia,” kata Medvedev dalam unggahan di Telegram, Minggu (30/7).

Medvedev mengatakan tak ada solusi yang lebih cemerlang dari itu jika situasi tersebut benar terjadi.

Bahkan dia mewanti-wanti Ukraina dan sekutunya agar berdoa supaya Rusia mau berbesar hati untuk tidak “menuklir” dunia.

“Musuh-musuh kami harus berdoa kepada para prajurit kami agar mereka tidak membiarkan dunia terbakar nuklir,” ujarnya.

Ini merupakan kesekian kalinya momok konflik nuklir diangkat dalam invasi yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun itu.

Medvedev, mantan presiden Rusia periode 2008-2012, itu berulang kali bicara soal ini, seperti yang terjadi pada April lalu. Kala itu, dia memperingatkan bahwa ancaman nuklir Rusia bisa meningkat jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.

Helsinki sejauh ini sudah bergabung dengan NATO pada April 2023, sementara Stockholm sudah mengantongi kejelasan setelah Turki mencabut keberatannya baru-baru ini.

Lebih lanjut, pada September Medvedev juga mengatakan senjata nuklir strategis bisa digunakan untuk mempertahankan wilayah yang dicaplok sepihak oleh Moskow.

Pada Januari, ketika NATO tengah memperdebatkan pengiriman senjata baru ke Ukraina, ia kembali menyebut kekalahan Rusia dalam perang bisa memicu konflik nuklir.

“Hilangnya kekuatan nuklir dalam perang konvensional dapat memicu pecahnya perang nuklir,” kata dia pada Januari, Senin (31/7).

“Kekuatan nuklir tidak kehilangan konflik besar di mana nasib mereka bergantung. Ini harus jelas bagi siapa pun. Bahkan untuk seorang politisi Barat yang sudah mempertahankan setidaknya beberapa jejak intelijen,” lanjut dia.

Meski seolah menakut-nakuti, pernyataan Medvedev ini sendiri menyuarakan kemungkinan bahwa Rusia berpotensi kalah perang setelah hampir 18 bulan bertarung. Ini sekaligus menjadi pengakuan langka dari seorang pejabat senior Rusia.

Pernyataan Medvedev juga muncul beberapa jam setelah Kementerian Pertahanan Kremlin menuding Kyiv menyerang ibu kota Moskow dengan drone.

Tiga pesawat nirawak yang diklaim milik Ukraina dilaporkan berhasil dicegat pada Minggu, meski merusak bisnis dan pusat perbelanjaan di ibu kota.

Tinggalkan Balasan