Bisakah Kemeja Hitam Putih Ganjar Saingi Kekuatan Kotak-Kotak Jokowi?

Jakarta, KabarBerita.id — Bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo mengeklaim kemeja garis hitam putih vertikal yang kerap ia gunakan dalam beberapa kesempatan merupakan representasi keberanian yang diwangsitkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam akun Twitter resmi-nya, Ganjar mengatakan warna hitam putih yang melekat di baju tersebut berarti keberanian atau sikap untuk tidak menjadi abu-abu.

“Inilah pesan yang diberikan Presiden Jokowi kepada kita sebagai penguat perjuangan. Sebuah desain baju garis-garis hitam dan putih. Hitam putih adalah keberanian. Hitam putih adalah sikap untuk tidak menjadi abu-abu. Sebuah keputusan untuk berkata ya atau tidak,” ujar Ganjar, Rabu (19/7).

Pengamat politik sekaligus dosen Ilmu Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo, atribut kemeja hitam putih itu merupakan cara Ganjar mempraktikkan ulang upaya Jokowi mendulang suara pada masa lalu.

Meski demikian, ia menilai cara tersebut tidak akan membuat Ganjar mendulang kesuksesan seperti Jokowi pada 2012-2014 lantaran tak memiliki referensi yang kuat.

“Dulu Jokowi sudah punya referensi menggunakan baju kotak-kotak yang bisa dimaknai atau menggambarkan sifat anak muda atau simbol kebebasan dan lain-lain,” ujar Kunto, Kamis (20/7).

Menurutnya saat ini tak banyak orang yang menggunakan baju hitam putih ala Ganjar. Dia menilai karakter keberanian yang disematkan dalam baju itu tak lebih berpengaruh dari pada baju kotak-kotak ala Jokowi.

“Sekarang siapa yang pakai baju garis putih hitam? Jadi semiotika keberanian dalam baju itu tidak kuat seperti Jokowi. Dengan baju itu, kampanye Ganjar akan jadi lebih sulit dan mahal,” tuturnya.

Kunto menilai baju itu akan merepotkan Ganjar untuk berkampanye. Sebab, ia harus mengampanyekan dua hal sekaligus agar para pendukungnya memerhatikan simbol yang dia kenakan.

“Karena Ganjar harus membuat kesan baju itu sebagai simbol keberanian dan mengajak orang menggunakan baju dengan warna yang sulit dimiliki orang,” kata dia.

Meski PDIP melekat dengan warna merah yang mudah didapatkan pendukung Ganjar, Kunto menilai warna tersebut tak akan memberi kesan netralitas.

“Kalau merah, itu menutup koalisi yang lain dan membuat orang tak mau mendekat karena sudah melekat warna PDIP dan menimbulkan kesan Ganjar sebagai kader saja. Capres dan cawapres memang harus netral,” ucapnya.

Selain itu, Kunto juga menilai klaim Ganjar soal baju yang diendorse Jokowi itu justru akan membawa dampak buruk. Baju tersebut membawa kesan Ganjar diarahkan presiden.

Di sisi lain, Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah menilai baju yang diklaim Ganjar sebagai simbol keberanian ala Jokowi tak akan memberi dampak endorsemen.

“Sebab, elektabilitas Ganjar justru merosot pascadideklarasikan PDIP. Sedangkan Prabowo meningkat. Ini artinya, Ganjar gagal mengadopsi pengaruh Jokowi,” ucapnya.

Dia juga menilai klaim-klaim Ganjar soal endorsement Jokowi seakan tak berarti. Sebab, ia menilai Prabowo lebih dijunjung oleh Jokowi dari pada Ganjar.

“Karena aktivitas Jokowi justru lebih banyak kepada Prabowo. Sekeras apapun Ganjar bicara soal ia didukung Jokowi, ia terlihat makin jauh dari Jokowi,” kata dia.

Dedi juga menilai endorsement Jokowi tak lagi diberikan kepada Ganjar setelah reshuffle kabinet terjadi. Sebab, tak ada satu pun tokoh terafiliasi kepada Ganjar atau PDIP yang diangkat kala itu.

“Menkominfo Budi Arie juga secara tegas dukung Prabowo. Para Wamen yang terindikasi juga merupakan kelompok dari Menteri BUMN Erick Thohir yang memberi dukungan kepada Prabowo Subianto,” ujar Dedi.

Tinggalkan Balasan