Koalisi Militer Rusia Akan Tinggalkan Kazakhstan dalam 12 Hari

Jakarta, KabarBerita.id — Kassym-Jomart Presiden Kazakhstan, mengatakan aliansi militer pimpinan Rusia yakni Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) akan mulai menarik pasukannya dari negara Kazakhstan dalam waktu dua hari, Selasa (11/1).

Dikutip Reuters, Tokayev juga menuturkan bahwa seluruh pasukan CSTO akan meninggalkan Kazakhstan dalam waktu sepuluh hari.

Seperti yang diketahui, Tokayev sempat meminta bantuan CSTO untuk membantunya mengatasi kerusuhan di Kazakhstan yang terjadi dalam beberapa waktu lalu.

Rusia kemudian mengirimkan pasukan terjun payung guna membantu konflik di Kazakhstan. Pasukan terjun payung ini dikerahkan sebagai bagian dari pasukan perdamaian CSTO.

Di sisi lain, CSTO  mengungkapkan sekitar 2.500 pasukan dikirim ke Kazakhstan dan direncanakan akan singgah dalam beberapa pekan.

Diketahui Beberapa hari terakhir, Kazakhstan memang mengalami kerusuhan. Ada Sebanyak 164 orang menjadi korban tewas dari konflik ini, tercatat sampai pada Minggu (9/1).

Awalnya, kerusuhan ini dimulai dari protes kenaikan harga bahan bakar. Namun, protes ini membesar dan menimbulkan bentrok antara pendemo dengan petugas keamanan.

Pada Kamis (6/1), kerusuhan ini dilaporkan menewaskan delapan personel keamanan dan melukai 317 orang lainnya.

Sementara itu, pemerintah Kazakhstan dan beberapa warga menilai ada yang menunggangi demo bahan bakar ini sehingga berujung ricuh.

Tokayev sempat menyampaikan, kerusuhan yang terjadi di negaranya disebabkan oleh ‘bandit teroris’ dari luar dan dalam negeri. Ia menilai kelompok teroris tadi terlatih untuk melakukan sabotase ideologi, menyebarkan informasi palsu, dan mampu memanipulasi hati rakyat.

Ada juga warga yang menuturkan peran kelompok ekstremis dalam kerusuhan di Kazakhstan beberapa waktu lalu.

“Orang-orang di wilayah barat Kazakhstan menggelar aksi damai menuntut harga LPG yang lebih rendah. Kemudian ada pihak dari kota-kota yang berbeda datang mendukung demo,” ujar salah satu warga Kazakhstan.

“Kemudian dengan berkedok pendemo, ekstremis masuk dan mulai menghancurkan segala sesuatunya yang mereka lalui,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan