Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata, Namun dengan Syarat

Jakarta, KabarBerita.id — Anggota biro politik Hamas, Mohammad Nazzal, telah mengungkapkan pandangan terkait proposal Paris yang membahas gencatan senjata antara Israel dan Hamas, termasuk pertukaran sandera. Meskipun Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, telah menerima proposal tersebut, Nazzal menegaskan bahwa prioritas utama Hamas adalah penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.

 

Nazzal menyatakan bahwa gencatan senjata permanen menjadi tujuan utama Hamas, namun mereka bersedia melakukannya dalam perjanjian tahap kedua atau ketiga, dengan syarat penarikan pasukan Israel dari Gaza. Menurutnya, gencatan senjata permanen akan menguntungkan kedua pihak, dan Hamas siap mencapainya secara bertahap.

 

Hamas juga menyampaikan niat mereka untuk membebaskan semua tawanan dari kedua belah pihak, meskipun menyadari bahwa hal ini membutuhkan negosiasi. Pembicaraan mengenai proposal baru ini telah berlangsung di Paris, Prancis, dengan partisipasi Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Israel.

 

Meskipun ada harapan positif dari beberapa pihak, terdapat kondisi gencatan senjata yang mencakup jeda pertempuran 45 hari dan pembebasan 35 sandera Israel sebagai bagian dari pertukaran dengan 4.000 tahanan Palestina. Israel, yang selama ini menentang gencatan senjata permanen, tetap bersikukuh untuk mengakhiri Hamas, sementara kelompok perlawanan Palestina berharap pertempuran dapat benar-benar berakhir.

 

Sejarah konflik antara Israel dan Hamas mencatat perjanjian gencatan senjata pada November 2023, yang menjadi kesepakatan pertama mereka sejak agresi Israel ke Palestina pada Oktober 2023. Perjanjian tersebut melibatkan jeda pertempuran, pertukaran tahanan/sandera, dan bantuan lebih lanjut untuk Gaza, namun konflik berlanjut dengan dampak kemanusiaan yang signifikan.

Tinggalkan Balasan