Jakarta, KabarBerita.id — Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr Arif Zainudin Surakarta menerima semakin banyak pasien kecanduan telepon seluler (ponsel) seiring dengan makin tingginya ketergantungan terhadap fitur-fitur yang ditawarkan oleh perangkat komunikasi tersebut.
“Sebetulnya mulai terasa banyak pasien kecanduan ponsel itu sejak tiga tahun lalu, tetapi belakangan ini makin marak terjadi,” kata Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD Surakarta Aliyah Himawati di Solo, Kamis (17/10).
Jika sebelumnya rata-rata hanya sepekan sekali ada pasien yang masuk akibat kecanduan ponsel, ia mengatakan, saat ini hampir setiap hari ada pasien yang datang dengan kondisi tersebut.
“Sejak tahun ajaran baru hingga saat ini ada sekitar 35 anak remaja, dalam satu hari itu ada satu sampai dua anak yang berobat,” katanya.
Ia mengatakan gangguan yang dialami oleh masing-masing pasien yang mengalami kecanduan ponsel tidak sama.
“Ada yang tidak menganggap keberadaan orang tuanya. Pasien ini menganggap dia turun dari langit. Isi pikirannya ada di game (permainan) yang ada di ponsel itu,” katanya.
Bahkan, menurut dia, pasien dengan kecanduan game pada tingkat yang sudah parah sampai tidak mau makan dan sekolah, atau mau ke sekolah hanya karena ingin memanfaatkan fasilitas WiFi yang ada di sekolah untuk bermain game. Di antara pasien dengan kecanduan ponsel yang menjalani perawatan di RSJD Surakarta, menurut dia, ada beberapa yang harus menjalani rawat inap sekitar empat minggu baru sebelum diperbolehkan pulang.
Aliyah mengatakan bahwa penanganan pasien kecanduan ponsel dilakukan sesuai dengan gejalanya. Pada tahap awal, ia mengatakan, pasien harus lebih dulu mengakui bahwa dia mengalami kecanduan ponsel.
“Selanjutnya kami berikan obat atau disebut farmakoterapi karena kondisi kecanduan ini membuat cairan otak atau neurotransmitter tidak seimbang. Farmakoterapi ini yang paling cepat bisa menyeimbangkan,” katanya.
Selain itu, ia mengatakan, pasien juga harus menjalani terapi perilaku.
“Kalau untuk pasien rawat jalan, kami lakukan evaluasi dua minggu sekali. Mereka kami beri kontrak kegiatan, seperti dalam satu hari mereka melakukan aktivitas apa saja dan kami beri aturan dalam satu hari boleh pegang ponsel maksimal hanya dua jam,” katanya.