Rencana Biden Bahas Situasi Gaza dengan Raja Yordania

Jakarta, KabarBerita.id — Presiden AS Joe Biden akan bertemu Raja Yordania Abdullah II pekan depan di Gedung Putih. Pertemuan itu disebut bakal membahas kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengungkapkan pertemuan itu bersifat “private” dan bakal dilanjutkan dengan pernyataan resmi yang merangkum pokok-pokok pembahasan kedua pemimpin tersebut.

Kendati demikian, seperti diberitakan AFP pada Jumat (3/5), Gedung Putih tak mendetailkan waktu pertemuan Biden dan Abdullah II.

Pertemuan tersebut dilakukan dengan latar belakang pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera dan mengamankan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza setelah hampir tujuh bulan perang.

Namun, pertemuan itu bakal terjadi setelah Hamas kembali ke Kairo untuk melanjutkan negosiasi terkait gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera. Hamas terbang ke Kairo pada Sabtu (4/5) untuk bertemu negosiator; AS, Mesir, dan Qatar.

Hamas mengungkapkan perwakilannya akan ke Kairo dengan “semangat positif” melanjutkan perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza bersama negara-negara mediator.

Mereka mengaku bertekad mencapai kesepakatan untuk memenuhi semua tuntutan Palestina, baik penghentian agresi, pertukaran sandera, hingga rekonstruksi.

“Kami di Hamas dan pasukan perlawanan Palestina bertekad mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat,” kata Hamas.

“Untuk penghentian total agresi, penarikan pasukan, pemulangan pengungsi, bantuan dan rekonstruksi, serta kesepakatan pertukaran yang serius,” beber mereka.

Amerika Serikat dalam satu pekan terakhir telah mendesak Hamas untuk menerima tawaran Israel yang dinilai “sangat murah hati” tersebut.

Namun, Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencoba menggagalkan usulan kesepakatan Gaza dengan ancamannya untuk melancarkan operasi di Rafah dengan atau tidak adanya kesepakatan gencatan senjata.

Kunjungan mendatang menjadi yang terbaru setelah Raja Abdullah II menyambangi Gedung Putih pada Februari 2024 untuk menyerukan gencatan senjata segera dan memperingatkan serangan terhadap Rafah akan menyebabkan “bencana kemanusiaan.”

Pada April 2024, Yordania bekerja sama dengan AS dan sekutu lainnya untuk menembak jatuh drone Iran yang dikirim Teheran ke Israel. Hal itu sempat buat Yordania dinilai memihak kepada Israel.

Namun, pemerintah Yordania membantah tindakan mereka untuk membela Israel. Yordania mengklaim langkah itu diambil lantaran serangan rudal dan drone Iran membahayakan warga dan keamanan negara.

Kerajaan tersebut menyatakan hanya ingin menghindari konflik yang lebih luas.

Tinggalkan Balasan