Jakarta, KabarBerita.id — Baru-baru ini terdapat kasus yang menunjukkan adanya penyakit melioidosis yang bisa menyebar dari semprotan aroma terapi. Untuk itu kita perlu mewaspadai penggunaan aromaterapi.
Penyakit melioidosis ialah penyakit yang disebabkan adanya bakteri Burkholderia pseudomallei yang biasa ditemui di tanah serta air yang terkontaminasi.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini ialah berupa lemas, batuk, sesak nafas, hingga mual. Penyakit ini pernah ditemui di beberapa negara seperti Australia Utara, Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Baru-baru ini penyakit tersebut ditemui di Amerika Serikat. Yang mana penelitian langsung dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang kemudian mengeluarkan peringatan kesehatan terkait kasus tersebut yang sejak Juni lalu muncul di beberapa daerah di Texas, Kansas, dan Minnesota.
Bekerjasama dengan Departemen Kesehatan negara bagian, CDC melakukan study pada orang yang terinfeksi. Padahal biasanya penyakit tersebut hanya ditemukan di negara tropis.
Di tengah masa pandemi ini membuat warga tidak ada yang melakukan perjalanan ke negara tropis. Oleh karena itu tim peneliti memeriksa barang-barang dan produk perawatan pribadi pasien yang terinfeksi.
Ahli epidemiologi CDC Jennifer McQuiston, menyebut bahwa bakteri tersebut muncul di lingkungan yang lembab atau basah untuk bertahan hidup seperti pada produk pembersih dan hal-hal semacam itu.
Kemudian tim mengumpulkan spesimen dari botol aromaterapi yang digunakan untuk pengharum ruangan. Berdasarkan hasil yang di dapat ditemukan adanya bakteri tersebut di dalam alat penyemprot aromaterapi yang diproduksi di India dan banyak dijual di Amerika Serikat.
McQuiston menyatakan pihaknya sangat lega karena menemukan sumber infeksi yang selama ini menimbulkan kekhawatiran karena suda terdapat 4 kasus yang terjadi akibat penyakit ini.
Oleh karena itu pihaknya meminta masyarakat untuk mewaspadai penggunaan aromaterapi yang biasa digunakan untuk pengharum ruangan di rumah karena ternyata memiliki potensi yang berbahaya untuk kesehatan.
Meski demikian bahan apa yang mungkin menjadi kontaminan bakteri tersebut belum diketahui secara pasti.