Mengapa Manusia Lebih Mengingat Peristiwa Buruk daripada Menyenangkan?

Jakarta, KabarBerita.id — Mengapa manusia lebih mudah mengingat peristiwa buruk daripada memori yang menyenangkan di dalam hidupnya?

Anda mungkin pernah merasa jenuh ketika harus mengurus orang tua di rumah. Terutama saat mereka kerap mengeluh dan merasa kalau Anda sering menyakiti perasaannya dengan kata-kata yang kurang mengenakan.

Padahal, selama ini Anda merasa sudah mengurusnya dengan baik. Tapi hal-hal yang selalu diingat mereka justru yang negatif saja.

Dokter spesialis saraf sekaligus dewan pembina Alzheimer Indonesia (ALZI), Yuda Taruna mengatakan hal ini sebenarnya wajar terjadi. Otak memiliki sistem menyimpan dan bisa membuang memori seiring bertambahnya usia.

Tapi otak lebih senang membuang memori netral alih-alih memori negatif. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa orang tua lebih mudah mengingat hal-hal yang menyakitinya alih-alih hal yang membuatnya senang.

“Daya ingat ada yang netral ini positif yang bagus-bagus. Kemudian ada yang emosional yang jelek-jelek. Nah yang emosional ini disimpan lebih dalam jadi tidak mudah hilang. Sementara yang positif yang netral itu mudah hilang karena masih di atas,” kata dia di acara Celebrating Life With You dalam rangka memperingati Hari Alzheimer Sedunia di kampus UNIKA ATMAJAYA, Jakarta, Kamis (21/9).

Oleh karena itu, para orang tua ini sering merasa jika anak-anak mereka atau lingkungan sekitar tidak peduli terhadapnya. Sebab, saat ada omongan atau sikap yang membuatnya sakit hati, hal itu akan diingat terus.

“Bisa sampai satu bulan dia ingat terus. Sementara yang bagusnya ya dia lupa, mudah sekali lupa,” kata Yuda.

Yuda pun mengingatkan agar para anak muda yang mengurus orang tua harus lebih sabar dalam menghadapi mereka. Jangan sampai mengeluh atau marah-marah di hadapan para orang tua ini.

Pasalnya ketika mereka tersakiti maka akan memengaruhi pola pikirnya dan merasa tak dipedulikan lagi. Hal terbaik adalah selalu bersikap sabar dan berkomunikasi dengan lebih baik lagi.

“Mungkin ada rasa jengkel, bosan, tapi coba posisikan diri kita ada di posisi mereka. Karena hal ini, kebiasaan melupakan hal baik dan tetap mengingat hal buruk bisa dialami siapa saja,” katanya.

Tinggalkan Balasan