Kenali Angina yang Jadi Tanda Awal Serangan Jantung

Jakarta, KabarBerita.id — Serangan jantung dianggap terjadi tiba-tiba tanpa aba-aba. Padahal jika ditelusuri, tubuh sudah memberikan sinyal termasuk dengan angina.

Hari Jantung Sedunia diperingati setiap tahun demi menumbuhkan kesadaran pentingnya melindungi jantung. WHO mencatat penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia dengan estimasi 17,9 juta kematian per tahun.

Erta Priadi Wirawijaya, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, berkata data menyebut penyakit jantung juga penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

“Riskesdas 2013 dan 2018 menunjukkan ada tren peningkatan penyakit jantung 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018,” kata Erta dalam webinar bersama Kemenkes pada Senin (25/9).

Serangan jantung jadi salah satu masalah paling menakutkan seputar kardiovaskular. Serangan jantung atau infark miokard adalah kondisi suplai darah ke otot jantung terganggu atau terhenti secara tiba-tiba.

Erta menjelaskan suplai darah terganggu biasanya disebabkan penyumbatan pembuluh darah koroner yang mengalirkan darah ke jantung.

“Akibatnya, bagian dari otot jantung mungkin mengalami kerusakan atau kematian karena kekurangan oksigen dan nutrisi,” katanya.

Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah terjadi akibat aterosklerosis atau penumpukan plak di pembuluh darah. Plak bisa berasal dari lemak atau kolesterol. Plak yang sedikit demi sedikit menumpuk akan memicu gejala angina.

Angina merupakan rasa nyeri atau tekanan di dada yang terjadi karena jantung tidak mendapat cukup oksigen dari darah yang pasokannya terbatas.

“Angina sendiri bisa dianggap sebagai serangan jantung tapi bisa juga adalah tanda atau gejala awal yang muncul jika ada penyempitan pembuluh darah Anda,” katanya.

Karena ditandai dengan rasa nyeri di area dada, angina kadang disalah artikan sebagai masalah kesehatan berbeda. Berikut beda nyeri dada angina dan non-angina.

1. Lokasi
Nyeri dada angina spesifik pada satu lokasi yakni di dada dekat tulang sternum (tulang penghubung rusuk). Rasa nyeri akan menjalar ke area kiri tubuh seperti area bahu, lengan kiri, punggung, leher, rahang atau perut.

Nyeri dada non-angina lokasinya bisa bervariasi tergantung sumber masalah. Nyeri dada berkaitan dengan asam lambung terasa di tengah dada hingga kerongkongan. Nyeri dada akibat masalah paru atau pernapasan biasanya terasa saat menarik napas atau batuk.

2. Karakteristik
Karakteristik nyeri dada angina digambarkan sebagai tekanan berat di dada. Erta menyebut beberapa orang merasakan seperti dicekik, terjepit dan terbakar. Nyeri bisa disertai sesak napas.

Sementara karakteristik nyeri non-angina sangat tergantung organ yang terlibat.

3. Durasi
Angina biasanya berlangsung hanya dalam beberapa menit hingga kurang dari 10 menit. Kemudian nyeri non-angina bisa berlangsung lama dan tidak kunjung hilang.

Erta memberikan contoh nyeri akibat masalah paru atau otot pernapasan. Gejala seperti ini bisa berlangsung hingga berbulan-bulan.

4. Kondisi gejala
Gejala angina akan bertambah berat karena aktivitas fisik, cuaca dingin dan banyak angin. Tidak heran mereka dengan gejala angina bisa merasakan nyeri atau tekanan berat di dada setelah makan berat atau bangun pagi.

Angina akan berkurang dengan istirahat atau intervensi obat yakni dengan nitrat sublingual.

“Nitrat biasanya dengan cepat menghilangkan gejala angina dalam waktu 5 menit,” jelasnya.

Sementara itu, gejala non-angina lebih berkaitan dengan pernapasan dan posisi sumber masalah. Kondisi non-angina tidak akan mengalami perbaikan dengan pemberian nitrat sublingual.

Selain nyeri dada, ada gejala setara angina yang tidak boleh disepelekan yakni ketidaknyamanan di area perut dan kesulitan napas. Ketidaknyamanan di area perut sering dianggap sebagai mag. Bedanya dengan mag, ketidaknyamanan muncul saat beraktivitas.

“Kalau kita bisa menangani angina lebih dini, kita bisa intervensi lebih awal sehingga aterosklerosis tidak berlanjut menjadi serangan jantung,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan