Manila – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, memastikan profesor Malaysia, Mahmud Ahmad, yang terkait militan pro-ISIS di Marawi telah tewas. Pernyataan ini menegaskan pernyataan militer Filipina yang sebelumnya meyakini kematian Mahmud.
Mahmud (39) yang bergelar doktor ini ditetapkan sebagai ‘target bernilai tinggi’ oleh militer Filipina. Dia berperan besar dalam pendanaan untuk serangan teror di Marawi pada 23 Mei lalu. Lebih dari 1.000 orang tewas dan 400 ribu orang lainnya terpaksa mengungsi akibat serangan itu.
Ditegaskan Duterte, seperti dilansir AFP, Jumat (20/10/2017), Mahmud menjadi pemimpin militan pro-ISIS terbaru yang tewas dalam pertempuran di Marawi. Dua pemimpin militan pro-ISIS lainnya, Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, tewas pada Senin (16/10) awal pekan ini.
“Sekarang yang lain, yang mereka panggil ‘Dok — ada tiga orang: Hapilon, Omar dan Dok — dia tewas sore ini, dan itu menutup cerita,” ucap Duterte merujuk pada Mahmud.
Komentar ini disampaikan Duterte saat berbicara dalam konferensi bisnis di Manila pada Kamis (19/10) waktu setempat. Pernyataan Duterte ini disambut tepuk tangan oleh para hadirin.
Beberapa jam sebelum Duterte berbicara, Kepala Staf Militer Jenderal Eduardo Ano menyatakan Filipina ‘semakin yakin’ bahwa Mahmud ikut tewas bersama 12 militan lainnya dalam pertempuran di Marawi pada Rabu (18/10) malam waktu setempat. Keyakinan itu didasari keterangan sejumlah sandera yang dibebaskan.
Juru bicara militer Filipina, Mayor Jenderal Restituto Padilla, menyatakan bahwa tes DNA masih akan dilakukan untuk memastikan identitas Mahmud.
Diketahui bahwa sosok Isnilon disebut sebagai emir atau pemimpin ISIS Asia Tenggara. Sesaat usai Isnilon dipastikan tewas, pakar terorisme dari Kajian Internasional Sekolah S Rajaratnam Singapura, Ahmad Kumar Ramakrishna, menyebut sosok Mahmud berpotensi mengambil alih kepemimpinan ISIS Asia Tenggara. Militer Filipina mengakui Mahmud sebagai sosok yang menghubungkan Isnilon dari Abu Sayyaf dengan ISIS.
“Dia (Mahmud-red) bertanggung jawab atas keterkaitan langsung Hapilon dengan kelompok yang lebih besar, Daesh. Dirinyalah yang memberikan pendanaan yang dibutuhkan untuk melakukan pendudukan atas Marawi,” ujar Padilla merujuk pada nama Arab ISIS.
Sejumlah pakar keamanan menyebut Mahmud pernah belajar di Pakistan sebelum pergi ke Afghanistan untuk belajar merakit bom di kamp Al-Qaeda. Dia diketahui meninggalkan Malaysia sejak tahun 2014.