Dokter Laporkan Macam Wabah Penyakit di Pengungsi Gaza

Jakarta, KabarBerita.id — Para dokter di Gaza melaporkan wabah penyakit yang menjangkit para pengungsi. Pasien yang tiba di rumah sakit menunjukkan tanda-tanda penyakit imbas kepadatan penduduk dan sanitasi buruk.

 

Kondisi tersebut terjadi setelah lebih dari 1,4 juta orang meninggalkan rumahnya dan mengungsi untuk mencari tempat penampungan akibat serangan terberat yang pernah dilakukan Israel selama ini.

 

“Kerumunan warga sipil dan fakta sebagian besar sekolah dijadikan tempat penampungan menjadi sarana perkembangbiakan utama penyebaran penyakit,” kata Nahed Abu Taaema, dokter di RS Nasser, Khan Younis seperti diberitakan Reuters, Selasa (24/10).

 

Badan-badan bantuan telah berulang kali memperingatkan akan adanya krisis kesehatan di daerah kantong Palestina yang kecil dan padat di bawah blokade Israel yang telah memutus aliran listrik, air bersih dan bahan bakar, dengan hanya bantuan kecil makanan dan obat-obatan PBB yang masuk.

 

Pihak berwenang Palestina mengatakan hampir 5.800 orang tewas akibat serangan udara dan artileri Israel setelah serangan militan Hamas pada 7 Oktober, yang menyerbu Israel dan menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.

 

Israel telah memerintahkan semua orang yang tinggal di bagian utara Jalur Gaza sepanjang 45 km untuk pindah ke selatan, namun serangan mereka telah meratakan distrik-distrik di seluruh wilayah kantong tersebut.

 

Karena semua rumah sakit kehabisan bahan bakar untuk menyalakan generator mereka, para dokter memperingatkan bahwa peralatan penting, seperti inkubator untuk bayi baru lahir, berisiko terhenti.

 

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan 40 pusat kesehatan telah menghentikan operasinya pada saat pemboman dan pengungsian memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan.

 

Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa sepertiga rumah sakit di Gaza tidak beroperasi. “Kami berlutut meminta operasi kemanusiaan yang berkelanjutan, ditingkatkan, dan dilindungi,” kata kepala keadaan darurat regional WHO, Rick Brennan.

 

Rumah Sakit swasta Indonesia, yang terbesar di Gaza utara, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah mematikan semuanya kecuali departemen penting terakhir seperti Unit Perawatan Intensif.

 

Satu-satunya rumah sakit lain yang masih melayani pasien di Gaza utara, Rumah Sakit Beit Hanoun, menghentikan operasinya karena pemboman hebat terhadap kota tersebut, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

 

“Jika rumah sakit tidak mendapatkan bahan bakar, ini akan menjadi hukuman mati bagi pasien di Gaza utara,” kata Atef al-Kahlout, direktur rumah sakit tersebut.

Tinggalkan Balasan