Benarkah Orang Pernah Terkena Stroke Menjadi Gampang Marah?

Jakarta, KabarBerita.id — Benarkah orang yang pernah menderita stroke sering mengalami perubahan secara emosional dan perilaku?

Dokter residen bedah saraf RSUD Dr. Soetomo, Surabaya M. Reza Arifianto mengungkapkan perdarahan pada otak dapat memberikan bermacam gejala tergantung pada lokasi di mana perdarahan itu muncul.

Hal yang umum terjadi pada orang yang pernah terkena stroke yakni depresi, kecemasan, kemarahan, frustasi, kurangnya motivasi, atau menangis dan menertawakan hal yang tidak wajar.

Terkadang perubahan emosi bisa terjadi karena stroke menyebabkan perubahan fisik di otak, terutama pada stroke yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan pada otak. Namun penderitanya mungkin juga merasakan beberapa emosi karena stroke juga telah memengaruhi hidup atau kemampuan hidup penderitanya.

“Ada yang dapat memberikan gejala berupa kelemahan anggota gerak, rasa kebas di tangan atau kaki, nyeri leher, nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, gangguan bicara, gangguan menelan, wajah perot, mata juling dan juga berupa gangguan emosi atau memori,” ucap Reza.

Dikutip laman Stroke Association UK, pengalaman stroke akan terasa seperti kehilangan nyawa, dan menimbulkan perasaan kaget, penyangkalan, kemarahan, kesedihan, dan rasa bersalah yang normal ketika dihadapkan pada perubahan yang drastis pada penderitanya.

Orang yang pernah menderita stroke mungkin bisa menjadi lebih sering marah. Hal ini dikaitkan dengan banyak hal, termasuk perasaan sedih, kehilangan, dan frustasi mengenai pengalaman penyakit stroke yang dialaminya. Stroke juga bisa dikaitkan dengan perubahan pada otak yang membuat penderitanya sulit mengendalikan emosi.

Beberapa dari mereka bisa marah tanpa alasan atau marah tentang hal-hal yang sebelumnya tidak membuat mereka marah. Hal ini tentu dapat memengaruhi kesejahteraan dan pemulihan mereka dan juga bisa menyulitkan orang-orang di sekitar mereka.

Stroke juga dapat memengaruhi kemampuan untuk mengendalikan suasana hati dan emosi diri. Hal ini disebut juga dengan emosionalisme, terkadang dikenal sebagai ‘ketidakstabilan emosional’, yang berarti suasana hati berubah dengan sangat cepat dan penderitanya bisa menjadi lebih emosional daripada sebelumnya.

Orang yang pernah menderita stroke mungkin pernah menemukan dirinya jadi lebih banyak menangis atau tertawa yang ekstrem, seperti menertawakan sesuatu yang tidak seharusnya ditertawakan. Bahkan mereka bisa tertawa atau menangis tanpa alasan sama sekali.

Emosionalisme paling umum terjadi pada tahap awal stroke. Peristiwa ini bisa membuat kesal orang sekitar, terutama jika penderitanya bukan orang yang emosional sebelum terkena stroke.

Beberapa orang bahkan menjadi malu, sehingga mereka berhenti berkencan atau mencoba menghindari situasi sosial di kehidupannya sehari-hari.

Tinggalkan Balasan