SEMARANG, Kabarberita.id – Perilaku sebagian elit politik mengancam harga diri dan kedaulatan bangsa. Mereka mempertontonkan sikap ugal-ugalan, serba boleh, dan cenderung membuang nilai nilai moral yang menjadi landasan utama berdirinya Republik Indonesia.
Tanpa landasan moral dan idealisme, Republik ini tidak ada. Karena dari para pendiri bangsa yang idealis itulah ide Indonesia masa depan lahir.
Ketua Indtitut Harkat Negeri, Sudirman Said mengungkapkan hal itu saat berbicara dalam diskusi yang diselenggarakan Yayasan Bina Amal, Sabtu (22/7) di Semarang, Jawa Tengah. “Rakyat baik-baik saja. Bekerja rutin sebagai petani, guru, PNS, prajuit TNI, petugas kepolisan, nelayan dan profesi lainnya,” kata Sudirman.
Menteri ESDM periode 2014-2016 itu Sudirman menyampaikan, perilaku elit yang menghacurkan sendi-sendi kehidupan bangsa adalah korupsi. Dalam catatan KPK per Mei 2017 ada 643 pejabat negara yang dihukum karena mencuri uang rakyat. Rinciannya 127 dari kalangan legislatif, baik pusat maupun daerah, 25 dari kalangan eksekutif, 17 gubernur, 60 bupati/walikota, 15 hakim, dan 145 pejabat eselon I-III.
“Angka-angka tersebut memberi bukti betapa sebagian elit politik penyelenggarabnegara saling menyandera dan gagal memberi keteladanan dan ketenangan bagi rakyat,” tandas Sudirman.
“Yang lebih mencemaskan adalah persistensi mereka untuk mengelola kejahatannya. Merencanakan, menutupi, melibatkan banyak rekannya, dan menyerang balik lembaga penegak hukum yang menindaknya. Ini mencemaskan dalam perspektif ketahanan nasional dan Kepemimpinan Moral”
“Kok punya nyali, seseorang yang ditetapkan tersangka korupsi dalam skala besar, memimpin sidang paripurna membahas persoalan yang amat penting bagi seluruh negeri,” ujar Sudirman
Lebih lanjut Sudirman menegaskan, kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terpilih adalah seburuk-buruknya kejahatan. Mereka terdidik, menawarkan diri minta dipilih, setelah duduk berkuasa mencuri hak-hak orang yang memilih.
“Itu kejahatan ganda. Double crime,” tegas Ketua Tim Sinkronisasi Anies-Sandi ini.
Kondisi ini, lanjut Sudirman, harus segera di atasi jika ingin Indonesia maju. Banyak yang memprediksi tahun 2030 ekonomi Indonesia akan menduduki peringkat lima dunia, dan 2040 duduk di peringkat empat dunia.
Namun untuk meraih posisi itu ada syaratnya. Yakni, korupsi dapat diatasi, infrastruktur tersedia merata, reformasi birokrasi menjadi lebih bersih, efisien, dan profesional, serta komposisi keahlian penduduk produktif sesuai dengan kebutuhan.
“Jika ekit kita masih sibuk memikirkan dirinya, sulit rasanya mendorong negara kita unttuk menjadi negara dan bangsa yang bermartabat, dan punya daya saing di percaturan global”‘
“Tapi kita harus optimistis dan yakin rakyat kita tidak bodoh, ini hanya soal waktu. Karena hukum kesimbangan, sunatullah selalu memberikan jalan untuk koreksi atas berbagai kekisruhan. Akan datang masa dimana praktik-praktik semacam itu akan menjadi musuh bersama masyarakat. Untuk itu kita harus terus gelorakan semangat perjuangan melalui pendidikan karakter, memperkuat integritas dan kecintaan pada negara dan bangsa,” tutup sudirman Said