Jakarta, KabarBerita.id — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan virus corona (SARS-CoV-2) tidak akan selesai pada akhir tahun ini. Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengungkapkan, yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi ‘sengatan’ tragedi dan krisis Covid-19 saat ini adalah menekan tingkat rawat inap dan kematian.
Tetapi dia menambahkan, virus ini kembali memberi peringatan. Mengingat jumlah kasus global melonjak khususnya dalam sepekan belakangan, setelah tujuh minggu berturut-turut sebelumnya sempat menurun.
“Ini akan menjadi sangat prematur [menganggap virus segera berakhir] dan saya rasa tidak realistis untuk berpikir bahwa kita akan menyelesaikan pandemi ini pada akhir tahun,” ungkap Ryan kepada wartawan dikutip dari AFP.
“Tapi saya pikir, apa yang bisa kita selesaikan–jika kita cakap–adalah bagaimana memperbaiki sistem perawatan atau hospitality, mengendalikan tingkat kematian dan pelbagai tragedi yang berhubungan dengan pandemi ini,” lanjut dia lagi.
Ryan pun menuturkan, fokus WHO kini adalah menekan laju penularan virus corona tetap rendah demi membantu mengantisipasi munculnya varian baru, selain juga mengurangi jumlah orang yang sakit.
Dia pun menambahkan, vaksinasi terhadap tenaga kesehatan dan petugas di garda terdepan yang paling rentan terpapar juga dipercaya mampu menepikan ketakutan akan tragedi pandemi.
Sementara Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menginginkan vaksinasi tenaga kesehatan dilakukan di setiap negara dalam 100 hari pertama pada 2021–yang artinya kini tersisa sekitar 40 hari.
Dia pun menyambut positif suntikan dosis pertama melalui pelbagai fasilitas vaksinasi global Covax, seperti di Ghana dan Pantai Gading. Tapi juga sekaligus mengkritik pemerataan perolehan jatah vaksin.
“Sangat menggembirakan melihat petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah mulai divaksinasi. Tetapi sangat disayangkan bahwa ini terjadi hampir tiga bulan, setelah beberapa negara terkaya memulai kampanye vaksinasi mereka,” ungkap Tedros.
Tedros juga menyesalkan sejumlah negara yang justru memprioritaskan vaksinasi Covid-19 untuk warga berusia muda ataupun orang dewasa dengan risiko penyakit yang lebih rendah, ketimbang ke tenaga kesehatan maupun warga lanjut usia (lansia). Tapi kekecewaan itu ia utarakan tanpa menyebut nama negara.