Jakarta, KabarBerita.id — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak merekomendasikan penggunaan pemanis non-gula sebagai bagian dari diet sehat. Hal ini disampaikan dalam pedoman anyar WHO tentang penggunaan pemanis non-gula.
Rekomendasi tersebut dibuat berdasarkan hasil tinjauan sistematis yang dilakukan WHO dari sejumlah studi.
Bukti menunjukkan bahwa pemanis non-gula tak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengontrol berat badan, baik pada orang dewasa maupun anak.
Tak hanya itu, hasil tinjauan juga memperlihatkan adanya potensi dampak negatif dari penggunaan pemanis non gula. Misalnya saja peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian pada orang dewasa.
“Mengganti gula biasa dengan pemanis non-gula tak membantu mengendalikan berat badan dalam jangka panjang. Orang perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula, seperti mengonsumsi makanan dengan gula alami,” ujar Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO Francesco Branca, menukil laman resmi WHO.
Pemanis non-gula, tegas Branca, bukan bahan makanan esensial dan tidak memiliki nilai gizi. Stevia jadi salah satu pemanis non-gula yang paling umum ditemukan di pasaran.
Sebagai informasi, rekomendasi ini dikeluarkan sebagai bagian dari pedoman diet sehat WHO yang telah ada sebelumnya. Pedoman ini bertujuan untuk membangun pola makan sehat dan menekan risiko penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia.
Pemanis non-gula seperti stevia sendiri selama ini digadang-gadang sebagai pemanis alternatif pengganti gula yang lebih sehat.
Pemanis satu ini diklaim mengandung nol kalori dan sedikit karbohidrat. Tak heran jika kemudian stevia kerap direkomendasikan untuk orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.
Selain stevia, ada juga pemanis non-gula lainnya seperti acesulfame K, aspartam, advantame, siklamat, neotame, sakarin, suklarosa, dan turunan stevia lainnya.
Terlalu banyak asupan gula sendiri dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk di antaranya diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.