Jakarta, KabarBerita.id — Masalah kesehatan masih menjadi momok utama yang harus diwaspadai semua orang. Bukan hanya Pandemi virus Corona Pandemi senyap atau silent Pandemik juga harus diwaspadai.
Dokter sekaligus Ketua Pusat Resistensi Antimikroba Indonesia (PRAINDO), Harry Parathon mengatakan Pandemi senyap yang harus diwaspadai adalah Resistensi antimikroba atau AMR.
Badan kesehatan dunia atau WHO juga telah menyatakan bahwa AMR merupakan satu dari 10 ancaman kesehatan masyarakat di dunia.
Penyakit ini terutama menjadi ancaman di negara berkembang.
Setiap tahunnya jumlah kematian akibat AMR terus mengalami peningkatan. Maka tidak heran angka 10juta kematian di 2050 pun mencul yang dapat terjadi akibat AMR.
Masalah ini seharusnya menjadi perhatian utama selain virus Covid-19. Apalagi pengetahuan masyarakat terkait penyakit ini juga masih tergolong minim. Padahal di tahun 2019 yang lalu sudah ada 4,9 juga orang dari seluruh dunia yang meninggal karena penyakit ini.
Resistensi antimikroba dapat muncul ketika bakteri virus jamur atau parasit berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merujuk pada tingkat kekebalan makhluk terhadap antibiotik yang ada dalam tubuh manusia.
Sehingga membuat infeksi lebih sudah di obati dan meningkatkan resiko penyebaran penyakit hingga menimbulkan kematian.
Resistensi antimikroba dapat muncul ketika penggunaan antibiotik dilakukan sembarangan. Misalnya dengan kelebihan atau kekurangan antibiotik.
Kuman atau bakteri yang seharusnya terbunuh justru berkembang Biak dan permutasi hingga memperburuk kondisi kesehatan pasien.
Masalah ini dapat muncul apabila penggunaan antibiotik dilakukan serampangan. Sayangnya sekitar 70 hingga 80% orang Indonesia sering minum obat antibiotik untuk berbagai penyakit sederhana.
Salah satu area yang saat ini memiliki tingkat penggunaan antibiotik yang tinggi adalah perawatan luka. Ketika terjadi AMR maka prosedur manajemen luka akan terpengaruh.
Karena luka dapat menjadi saluran infeksi dan memungkinkan masuknya mikroba termasuk yang resisten antimikroba ke dalam jaringan.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotik lebih sulit untuk diobati serta menyebabkan biaya pengobatan yang lebih tinggi dan perawatan di rumah sakit yang lebih lama.