Jakarta, KabarBerita.id — Malaria dikhawatirkan akan mengganggu Pekan Olahraga Nasional (PON) yang akan berlangsung di Papua karena status endemi malaria pada daerah tersebut sampai saat ini.
Penyakit Malaria berawal dari gigitan nyamuk Anopheles betina yang membawa parasit Plasmodium dimana memiliki kemampuan berkembang biak pada organ hari orang yang kena gigitan vektor nyamuk tersebut.
Data Kementerian Kesehatan RI menunjukan setidaknya ada 435 ribu masyarakat di dunia yang meninggal karena malaria.
Pada tahun 2020 tren malaria cenderung menurun di Indonesia, namun Didik Budijanto selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI mengatakan bahwa 86 persen kasus tersebut disumbangkan oleh Papua.
Dijelaskannya terdapat daerah kategori merah di empat kabupaten atau Kota di Papua yang semuanya endemi malaria (yaitu) Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Timika.
Gigitan nyamuk di Papua dikatakan Didik memiliki tiga varian penyakit yaitu Anopheles penyebab malaria dan filariasis (kaki gajah) dan Aedes aegypti penyebab dengue.
Ia menjelaskan nyamuk Anopheles akan keluar bersolek diri dan beterbangan mencari mangsa mulai jam 18.00 hingga pagi, sehingga nyamuk ini dinamai nyamuk yanh suka dugem.
Pergerakan nyamuk ini biasanya hinggap di dekat tanah, di dinding, saluran air kotor. Berbeda dengan nyamuk dengue yang suka genangan air bersih.
Berbagai cara dilakukan untuk mencegah munculnya malaria selama PON Papua. Didik menjelaskan telah ada kesepakatan bahwa tiap arena ataupun hotel, wisma, penginapan atlet, dan pelatih harus bebas dari vektor (nyamuk) saat pertandingan malam dan terdapat fogging yang dilakukan minimal sepekan sekali.
“Kecuali jika terdapar pertandingan yang dimainkan pada malam hari, maka setiap hari dua sampai tiga jam sebelum pertandingan dimulai, akan difogging dulu.”
Kemudian dijelaskannya bahwa sebagai perlindungan diri maka setiap orang yang ingin ke Papua disyaratkan untuk mengonsumsi antibiotik dengan merek dagang Doxycyline.