Jakarta, KabarBerita.id — Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Barakah milik negara Uni Emirat Arab (UEA) mulai mengalirkan listrik.
PLTN Barakah itu adalah PLTN pertama yang beroperasi untuk keperluan komersil di Jazirah Arab, Dilansir Reuters, Selasa (6/4).
Tujuan UEA membangun PLTN untuk keberagaman pemanfaatan energi dan juga agar tidak bergantung dengan minyak bumi. Meski negara UEA merupakan salah satu penghasil minyak bumi.
Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum Wakil Pemimpin UEA mengatakan, PLTN berkemampuan megawatt pertama telah mulai mengalirkan listrik ke jaringan listrik nasional.
Pangeran Mohammed bin Zayed al-Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi, mengatakan telah tersambungnya listrik PLTN Barakah merupakan hal bersejarah yang menandai 50 tahun berdirinya negara UEA.
Proses pembangunan PLTN Barakah sendiri sempat berhenti karena negara UEA memutuskan untuk membangun pondasi industri nuklir dari awal.
Pada 2020 lalu Reaktor pertama PLTN Barakah baru diizinkan beroperasi, padahal rencananya sudah mulai berjalan pada tahun 2017 silam.
PLTN Barakah mempunyai sejumlah empat unit reaktor yang telah dibangun oleh Perusahaan Tenaga Listrik Korea (KEPCO). Apabila reaktor itu beroperasi penuh, maka reaktor itu mampu memberikan 5.600 megawatt listrik, hal itu setara dengan 25 persen kebutuhan listrik di UEA.
PLTN ini juga merupakan salah satu uoaya negara UEA untuk tidak terlalu berketergantungan dengan minyak bumi sebagai sumber energi untuk negara.
Walaupun negara UEA merupakan salah satu pemasok minyak terbesar di dunia. Bahkan perekonomian negara UEA terus berkembang pesat karena penjualan minyak dan gas.
Bahkan UEA mempu menyumbang hampir satu pertiga GDP nasional. UEA mampu memasok minyak mentah ke berbagai negara dengan nilai US$50 pada tahun 2019 lalu.
Meski Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah memberikan dukungan pada PLTN tersebut, namun sejumlah ahli energi mempertanyakan urgensi negara UEA yang membangun reaktor energi nuklir di saat situasi tak menentu yang terjadi di Timur Tengah.
Beberapa ahli bahkan menganggap UEA memiliki potensi mengembangkan energi panas atau solar energy ketimbang energi nuklir.
Paul Dorfman selaku Kepala Nuclear Consulting Group, ia menganggap bahwa investasi yang dilakukan negara UEA terhadap pembangunan energi nuklir di negaranya berisiko menjadikan kawasan Timur Tengah. Terutama kawasan Teluk Arab yang tidak stabil. Eenrgi nuklir juga berpotensi akan merusak lingkungan dan meningkatkan proliferasi nuklir.