Kabar Berita.id, Terusir dari rumah mereka di Myanmar, dan harus tinggal berjejalan di kamp-kamp pengungsi di Banglades, adalah sekelumit kisah penderitaan warga Rohingya saat ini.
Makin sesaknya kamp pengungsian membuat derita mereka semakin menjadi. Akses untuk mendapat makanan dan air bersih pun kian sempit.
Segala cara dilakukan mereka untuk bertahan hidup.
Bahkan, ada wanita Rohingya yang terpaksa terjun ke dunia prostitusi demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kesaksian ini setidaknya diungkapkan salah seorang perempuan Rohingya bernama Romida yang ada di pengungsian.
Dia mengatakan terpaksa menjual diri demi bayaran 1.000 Taka atau sekitar Rp 163.000.
“Aku sudah berkata kepada diriku sendiri aku akan melakukan apapun. Aku tidak punya pilihan lain,” kata Romida seperti dikutip The Independent, Selasa (24/10/2017).
Romida mengaku melakukan “praktik”-nya secara sembunyi-sembunyi, dan di ruangan yang tertutup.
“Kalau tidak, mereka bisa membunuh kami,” ungkap perempuan 26 tahun itu.
Hal yang sama disuarakan Rena (18). Ibu muda itu terpaksa menjadi pekerja seks, namun sudah sejak dua tahun terakhir.
Dia terpaksa melakukan pekerjaan itu, setelah sang suami mencampakkan dia dan putranya.
“Aku butuh uang. Aku sudah sangat putus asa,” tutur dia.
Saba Zariv, pakar di bidang kekerasan gender berkata, badan PBB pemerhati populasi (UNPFA) tidak bisa menentukan berapa banyak jumlah perempuan Rohingya yang menjadi PSK.
“Kami tidak bisa mengoleksi data pasti tentang fenomena itu di kamp ini,” kata Zariv kepada Thomson Reuters Foundation.
Menurut Noor, salah seorang germo lokal, tidak adanya jumlah pasti disebabkan para perempuan itu tidak mau mengaku kepada organisasi kemanusiaan yang mendatangi mereka.
“Mereka berpura-pura tidak ada yang terjadi. Sebab, di masyarakat kami, rumor dengan cepat menyebar,” jelas Noor.
Pria yang sudah tinggal di sana sejak 1992 itu memperkirakan ada sekitar 500 perempuan yang terpaksa menjadi PSK.
Kebanyakan yang terpaksa menjual dirinya kepada lelaki hidung belang adalah mereka yang makan tidak lebih dari sekali sehari, dan tidak pernah mengecap bangku sekolah.
sumber : KOMPAS.COM