Jakarta, CNN Indonesia — Vaksin Covid-19 AstraZeneca ditemukan memiliki risiko tinggi memicu pembekuan darah yang langka. Risiko ini diperkirakan 30 persen lebih tinggi daripada vaksin Pfizer.
Hal tersebut ditemukan dalam studi internasional berskala besar yang dipublikasikan pada Kamis (27/10).
Sebagaimana diketahui bahwa sejumlah negara telah menemukan hubungan antara beberapa jenis vaksin seperti AstraZeneca dan Johnson & Johnson dengan sintrom trombositopenia (TTS).
Trombositopenia sendiri merupakan kondisi saat jumlah trombosit rendah atau di bawah normal. Kondisi ini bisa memicu gumpalan darah yang berpotensi mengancam jiwa.
Studi teranyar ini diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ). Studi merupakan yang pertama membandingkan risiko trombositopenia akibat vaksin sejenis AstraZeneca dan vaksin mRNA seperti Pfizer di beberapa negara.
Peneliti menganalisis data lebih dari 10 juta orang dewasa di Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.
Di Jerman dan Inggris, misalnya, peneliti mencocokkan data 1,3 juta orang yang mendapatkan vaksin dosis pertama AstraZeneca dengan 2,1 juta orang yang menggunakan Pfizer.
Ditemukan total 862 kasus trombositopenia yang tercatat dalam 28 hari setelah suntikan dosis AstraZeneca. Angka ini lebih tinggi dibangdingkan 520 kasus trombositopenia akibat Pfizer.
“Itu berarti vaksin AstraZeneca memiliki risiko trombositopenia 30 persen lebih tinggi daripada Pfizer,” tulis para peneliti, melansir AFP.
Namun, saat suntikan dosis kedua diberikan, tak ada peningkatan risiko trombositopenia pada jenis vaksin manapun.
Kendati demikian, peneliti mengingatkan bahwa studi tersebut bersifat observasional. Artinya, studi tak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat antara risiko trombositopenia dengan vaksin tertentu.
“Meski [kasusnya] sangat jarang, namun risiko ini harus dipertimbangkan, baik untuk program vaksinasi maupun pengembangan vaksin selanjutnya,” tulis para peneliti.