Renggut 6 Nyawa, KNKT Tak Sarankan Truk Melintas Jalur Tebing Breksi Sleman

Yogyakarta, KabarBerita.id — Kecelakaan truk yang menewaskan enam orang di Tebing Breksi, Kecamatan Prambanan, Sleman, dinilai Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) karena dampak penggunaan kendaraan yang melebihi batas kemampuannya karena kondisi jalan yang curam.

Hal itu dikatakan terkait kecelakaan yang menewaskan enam orang usia truk bermuatan batu alam hilang kendali dan terguling sampai menabrak pagar rumah warga di salah satu ruas jalan menuju Tebing Breksi, di Jalan Candi Ijo, Gunung Sari, Sambirejo, Prambanan, Sleman, DIY, Jumat (3/9) malam.

Saat melintasi jalan turunan, karena dianggap tidak mampu mengoper gigi ke gigi 1 dari posisi netral yang menyebabkan truk hilang kendali, S (19) Warga Beran, Sumberharjo, Prambanan, ditetapkan polisi sebagai tersangka.

Dalam keterangannya Kamis (9/9) Ahmad Wildan selaku Pelaksana Tugas Ketua Subkomite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut kecelakaan ini disebabkan karena kemampuan teknik kendaraan yang jauh dibawah kondisi geometrik jalan.

Beberapa kesimpulan dibuat KNKT usai menganalisa data-data milik Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman, serta analisa geometrik jalan dan spesifikasi teknis kendaraan.

Kesimpulan pertama adalah jalan ini memiliki panjang 1,83 km dengan perbedaan ketinggian titik teratas dan tsrbawah 191 meter dengan grade atau tanjakan maksimal 35 persen sehingga sangat beresiko.

Padahal truk tersebut hanya memiliki gradebility atau kemampuan torsi 25 persen dan tergolong truk ringan. Karena kemampuan yang dibawah geometrik jalan tersebut maka pengemudi akan menjumpai berbagai masalah.

Masalah pertama adalah jika menggunakan gigi 2 maka kampas rem kendaraan tidak akan mampu menahan disipasi panas hasil gesekan kampas dan tromol sehingga akan menyebabkan rem blong atau brake fading.

Masalah kedua jika menggunakan gigi satu saat menurun maka truk akan mengalami over running atau putaran roda lebih cepat dari putaran mesin.

“Karena kemampuasn torsi mesin jauh dibawah grade existing, pada saat over running maka mesin akan overheat dan mesin akan mengalami kerusakan hingga bisa meledak,” jelasnya.

Sehingga Wildan mengatakan pengemudi akan mengoper ke gigi 2 namun dipastikan gagal karena kondisi jalan menurun sehingga akan masuk posusi netral.

Wildan mengatakan KNKT memastikan truk dalam posisi netral. Hal ini bisa terjadi dijalan turunan baik saat berpindah dari gigi 1 ke 2 atau sebaliknya.

KNKT menyarankan pemerintah daerah melarang truk melintas jalur tersebut.

Tinggalkan Balasan