Jakarta, KabarBerita.id — Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, menuduh Senator AS Lindsey Graham sengaja memprovokasi Pentagon agar terjadi ‘kiamat’ perang nuklir.
Sebelumnya Graham mendesak Pentagon agar menembak jet-jet tempur Rusia. Antonov menilai pernyataan itu sudah keterlaluan melampaui akal sehat.
Pernyataan Graham itu dinilai Antonov meningkatkan risiko perang antara negara-negara berkekuatan nuklir.
“Ini merupakan upaya pertama yang dilakukan anggota dewan paling disorot untuk memprovokasi eskalasi antara AS dan Rusia. Tahun lalu dia mendesak warga kita melakukan pembunuhan terhadap Presiden Rusia (Vladimir Putin),” ujar Antonov seperti dikutip dari Russia Today.
“Apakah Senator Graham benar-benar yakin bahwa bentrok militer (AS) dengan Rusia merupakan keinginan para konstituen yang mempercayakannya dengan kehidupan dan hidupnya? Apakah Capitol ingin menempatkan warga AS dan komunitas internasional dalam risiko perang nuklir skala besar? Beli kami jawaban, Yang Mulia Senator!” kata Antonov.
Graham melontarkan kata-kata yang dinilai kontroversial itu saat membahas insiden jet tempur Rusia dengan drone AS yang nyaris bentrok di dekat Crimea dalam wawancara eksklusif dengan Fox News, Rabu (15/3).
Ia mendesak Presiden AS Joe Biden untuk tegas merespons insiden tersebut.
“Apa yang akan dilakukan (eks Presiden AS) Ronald Reagan saat ini? Dia akan menembak jatuh pesawat Rusia, jika mereka mengancam aset kita,” tutur Graham dalam wawancara dengan Fox News.
Sebelumnya pejabat AS mengklaim jet tempur Rusia menabrak drone milik Pentagon. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat nirawak itu terjatuh dan hilang kontak usai tabrakan.
Antonov kemudian menyatakan bahwa Moskow sudah melakukan kemungkinan untuk mencegah insiden itu termasuk menginformasikan komunitas internasional di waktu yang tepat tentang batasan udara.
“Amat disayangkan bagi Pentagon kehilangan peralatan yang mahal. Bukan pilot Rusia yang haris dipanggil, (melainkan) AS yang menghasut dimulainya konflik apokaliptik (kiamat),” ujar Antonov.