Jakarta, KabarBerita.id — Tim Siber TNI tengah mengecek dugaan peretasan data Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Informasi soal dugaan peretasan itu sebelumnya beredar di media sosial.
“Terkait account twitter (X) Falcon feed yang merilis bahwa data Bais TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan yang mendalam oleh tim siber TNI,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Nugraha Gumilar saat dihubungi, Senin (24/6).
Informasi soal dugaan peretasan itu sebelumnya disampaikan akun X @FalconFeedsio. Akun tersebut menyebut data BAIS TNI diunggah salah satu pengguna di BreachForums bernama MoonzHaxor.
“MoonzHaxor, salah satu anggota terkemuka BreachForums telah mengunggah file dari Badan Intelijen Strategis. Kebocoran tersebut mencakup file sampel dengan data lengkap tersedia untuk dijual,” tulis akun itu.
MoonzHaxor telah mengunggah data dari BAIS dan menawarkannya di BreachForums. Berdasarkan cuitan akun FalconFeedsio, data yang dibocorkan termasuk file sample, dan kumpulan data lengkap.
“Pelanggaran ini menyusul kejadian serupa pada 2021 di mana jaringan internal Badan Intelijen Negara (BIN) dibobol oleh kelompok Tiongkok,” tulisnya.
BAIS merupakan organisasi di bawah TNI yang bertugas menyuplai analisis-analisis intelijen dan strategis terkait pertahanan terutama dinamika dari negara lain. Badan itu juga fokus pada urusan intelijen tempur.
Pada pembentukannya, BAIS sebagai intelijen militer juga bertugas membantu operasi militer untuk memenangkan pertempuran. Maka BAIS lebih banyak mencakup dan menganalisis kemampuan perang atau tempur pasukan negara lain.
Sebelumnya, melalui akun yang sama, terungkap pembobolan data milik Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) per akhir pekan lalu, Sabtu (22/6).
Akun tersebut memaparkan data yang dibocorkan MoonzHaxor di antaranya adalah gambar sidik jari, email, dan aplikasi SpringBoot yang telah dikonfigurasi.
Penjahat siber tersebut menjual data-data tersebut dengan data US$1.000 atau sekitar Rp164 juta.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada Senin (24/6) mengakui ada kebocoran data lama milik Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) Polri.
“Terkait dengan dugaan insiden pada INAFIS yang ada di kepolisian, jadi hasil koordinasi kita dengan kepolisian, nanti boleh ditanyakan kepada mereka lebih lanjut,” ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (24/6).
“Karena data ini kan ditemukannya dari dark web, sama dengan pasar gelap, jadi tentu kami crosscheck, kami konfirmasi dengan kepolisian apa benar ini data kalian? Mereka bilang itu ada data memang data lama,” lanjutnya.