Tentara Rusia Curhat ke Putin: Jadi Umpan Meriam

Presiden Rusia Vladimir Putin

Jakarta, KabarBerita.id — Prajurit Rusia curhat ke Presiden Vladimir Putin mengenai pasukan di medan tempur yang kerap menerima senapan tua.

Mereka mengeluhkan komando yang tak memadai hingga para tentara yang dijadikan umpan di garda depan.

Dilansir Newsweek, dalam sebuah video yang beredar di media sosial ada sekelompok tentara Rusia yang mengaku direkrut dari wilayah Kaliningrad, Murmansk, dan Arkhangelsk menyampaikan keluhan kepada Putin.

Dari sekian banyak keluhan, salah satunya yakni soal bagaimana resimen mereka tak diberi strategi maupun taktik apa pun kala bertempur.

Pria yang mewakili kelompok itu menyampaikan bahwa mereka telah dikirim ke medan perang tanpa koordinasi dengan komandan. Mereka juga tak diberikan senapan dan tak tahu bagaimana melakukan pengawasan di siang dan malam.

“Kami memohon kepada panglima tertinggi Presiden Vladimir Putin. Kami kekurangan kendaraan lapis baja dan bantuan artileri menjelang serangan. Saat ini kami menggunakan senjata dari tahun 1940-an, termasuk mortir dan senapan,” ujarnya.

Tentara itu berujar selama berperang, tak ada upaya pengintaian udara maupun perintah tertulis untuk tempur dari komandan.

Selama ini mereka dipersiapkan untuk pertahanan teritorial, bukan sebagai unit penyerang.

Sebanyak enam pasukan resimen pun telah terbunuh saat serangan pertama mereka dilakukan.

Sang prajurit juga mengatakan bahwa mereka sudah disiapkan hukuman jika memberontak selama bertugas. Salah satu hukuman itu yakni dikurung di ruang bawah tanah.

“Tak ada satupun dari kami yang memberontak. Kami semua berusia 30 hingga 40 tahun dan memiliki keluarga, anak-anak, serta pendidikan tinggi,” ucapnya.

“Kami bukan daging. Kami siap untuk berperang dengan bermartabat,” kata prajurit lain.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu, banyak laporan yang menyebut bahwa prajurit Rusia sudah tak lagi punya semangat juang.

Mereka umumnya mengaku kekurangan pelatihan dan peralatan, terutama bagi prajurit yang dimobilisasi besar-besaran pada akhir September lalu.

Banyak pula prajurit yang mengeluh ditaruh di garda depan jika kelihatan malas-malasan. Tak jarang pula mereka melihat rekannya dieksekusi di tempat apabila enggan bertarung.

Tinggalkan Balasan