Wuhan, KabarBerita.id – Emoriz Cong adalah warga China yang baru datang ke kota Wuhan tiga hari lalu untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarganya.
Tapi sekarang ia tidak bisa kembali ke Beijing, karena ada larangan meninggalkan kota Wuhan yang diberlakukan oleh pemerintah setempat.
Kota Wuhan, tempat virus corona berasal, telah ditutup untuk menghindari meluasnya virus mematikan tersebut.
Saat ini 600 orang sudah terjangkit virus corona dengan gejala seperti pneumonia. 18 orang dilaporkan tewas.
Jumlah populasi di kota metropolitan ini mencapai lebih dari 11 juta orang, lebih banyak dibandingkan kota New York dan London.
Terjebak di Wuhan Meski bukan kota yang terbesar di China, Wuhan termasuk metropolitas jika gunakan standar kota dunia.
Kepada ABC, Emoriz mengatakan baru tahu seberapa bahayanya virus corona ketika sudah dalam kereta menuju Wuhan.
“Saya sedang di kereta dalam perjalanan ke Wuhan ketika ada [berita] live di TV. Sebelum mendengar berita itu, kami tahu virus ini berbahaya, tapi [kami kira] tidak sebahaya itu,” katanya.
Ia tidak melihat banyak orang menggenakan masker saat berada di kereta, beruntung temannya memberi tahu jika masker sudah habis di toko-toko Wuhan, sehingga ia membeli beberapa kotak dari Beijing.
Orang tuanya juga sudah siap siaga dengan menyimpan persediaan makanan sebelum Imlek, karena sekarang toko-toko sudah banyak yang “tutup untuk alasan steril”.
“Saya dan orangtua belum keluar rumah selama tiga hari. [Kami] keluar hanya kalau mau membuang sampah,” katanya.
A long line of people wearing protective masks in Wuhan line up to enter a medical clinic, in this image taken from Weibo. Warga dilaporkan mengantri panjang di depan sebuah klinik setelah ada laporan penyebaran penyakit.
Di jejaring sosial, banyak warga yang menyampaikan rasa ketakutan mereka karena terjebak di kota tempat virus mematikan itu berasal.
Masyarakat di Wuhan tidak dapat mengakses kereta dan bus ke luar kota, pesawat tujuan domestik dan internasional serta transportasi laut juga ditutup.
Transportasi dalam kota, seperti bus dan kereta bawah tanah juga dilaporkan tidak beroperasi.
Kejadian ini menimbulkan kebingungan juga bagi Bruce Lu, yang bekerja di Beijing, tapi sekarang berada di Wuhan untuk merayakan Imlek.
Bruce sedang berada di kawasan Yichang untuk mengunjungi kakeknya dan ia tidak dapat pulang ke Beijing karena tak ada transportasi.
Para pekerja dan pelajar internasional yang sedang berada di Wuhan kini hanya menggandalkan informasi dari perwakilan negara masing-masing,
Sejauh ini mereka hanya diperingatkan untuk tidak meninggalkan rumah.
Ancilla Delai adalah salah satu siswa dari Papua Nugini yang mengatakan situasi di Wuhan sangatlah menegangkan, terutama setelah larangan meninggalkan kota diberlakukan.
“Jalanan kosong, tidak ada orang. Mereka semua tinggal di rumah seperti yang disarankan,” katanya.
“Saya khawatir karena virus ini bisa ditularkan dari orang ke orang. Sedangkan Wuhan sendiri adalah kota dengan populasi besar.”
Daniel Pekarek, pelajar dari Republik Ceko di Universitas Wuhan mengatakan situasi darurat ini seperti cerita di film Resident Evil.
Film ini menceritakan warga di sebuah kota fiktif yang terkena virus dan mengubah mereka menjadi zombie.
“Turut berdukacita. Kita adalah para aktor di film Resident Evil sekarang,” tulisnya di Facebook.
Hingga kini, kurang lebih 18 juta orang yang tersebar di kota Wuhan, Huanggang dan Ezhou tidak diizinkan meninggalkan ketiga kota itu.
Masyarakat di lima kota lainnya di Hubei seperti Chibi, Xiantao, Qianjiang, Zhijang dan Lichuan diperkirakan juga akan segera dilarang meninggalkan kota, seperti dilaporkan South China Morning Post.
Sementara itu, delapan negara di dunia telah melaporkan warganya yang terkena virus.
Rata-rata pengidap virus corona ini adalah warga asal Wuhan atau pengunjung dari kota lain yang baru tiba di sana.