Sejarah Alat Musik Tradisional Angklung dan Tifa

Angklung

Angklung

Angklung dan Tifa Merupakan Alat Musik Tradisional. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki. Salah satunya alat musik tradisional yang memiliki nama serta kegunaan di masing-masing daerahnya. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia mempunyai lebih dari 30 propinsi. Setiap propinsi memiliki kesenian alat musik berbeda-beda.

Angklung

Angklung merupakan alat musik multitonal “bernada ganda”. Angklung terbuat dari bambu. Cara memainkannya sangat mudah. Anda hanya perlu menggoyangkannya. Bunyi yang dihasilkan oleh angklung disebabkan benturan badan bambu.

Sampai sekarang sejarah asal usul dari alat musik angklung belum diketahui secara pasti. Dikarenakan keterbatasan bukti yang ditemukan. Namun berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan para arkeolog, angklung sudah ada sejak zaman batu Neolitikum.

Angklung terus berkembang sampai awal abad penanggalan modern. Dari sanalah, alat musik angklung dianggap sebagai sebuah warisan budaya Indonesia.

 

Fungsi Angklung

Masa kerajaan Sunda, alat musik ini digunakan sebagai penyemangat pertempuran. Fungsinya sebagai pemompa semangat para rakyat pada masa penjajahan. Pada saat itu, pemerintah Hindia Belanda pernah melarang masyarakat menggunakannya. Pelarangan tersebut membuat popularitas angklung sempat menurun.

Biasanya saat seren tahun dan pesta panen, dipersembahkan permainan angklung. Pada umumnya pertunjukan alat musik ini diarak mengelilingi desa.

 

Tifa 

Tifa juga merupakan alat musik yang menjadi salah satu kekayaan tradisional. Tifa berasal dari  Indonesia bagian Timur dan menjadi identitas khusus bagi Maluku dan Papua. Alat musik ini dimainkan oleh laki-laki dewasa. Cara memainkannya seperti gendang yaitu dipukul. Tifa yang dari Papua dari kayu lenggua, terkenal besar dan kuat. Kayu lenggua merupakan kayu khas Papua. Kayu ini mempunyai kualitas nomor satu sebab terkenal tebal dan kuat.

Sejarah dari alat musik tradisional tifa pun beragam bergantung persepsi setiap daerah. Yang paling terkenal adalah sejarah yang berasal dari masyarakat papua, tepatnya di daerah Biak.

Menurut sejarah masyarakat lokal, zaman dahulu di daerah Biak hidup 2 laki-laki yang bersaudara. Namanya Fraimun serta Sarenbeyar. Nama Fraimun artinya perangkat perang dan gagangnya bisa membunuh. Sedangkan Saren berarti busur, Beyar yakni tari busur bermakna anak panah terpasang pada busur.

Kakak dan Adik ini memutuskan pergi dari tempat tinggalnya di desa Maryendi karena desanya tenggelam. Mereka berpetualang dan kemudian menemukan daerah Wampember di Biak Utara. Akhirnya keduanya menetap di sana. Ketika sedang berburu hewan di malam hari, dua saudara tersebut menemukan pohon opsur.

Opsur artinya pohon yang mengeluarkan suara yang berada di tengah hutan. Karena telah malam, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Mereka kemudian kembali lagi esok hari. Pohon opsur ditinggali lebah madu, biawak, soa-soa, dan binatang-binatang kecil yang lainnya. Mereka penasaran terhadap pohon tersebut dan memutuskan untuk menebangnya.

Setelah itu, mereka mengosongkan kayu pada bagian tengahnya, sehingga menyerupai pipa memakai nibong. Nibong merupakan besi panjang, ujungnya sangat tajam. Mereka membakar bagian tengahnya agar terlihat lebih apik.

Saat ingin menutup salah satu isinya, kedua saudara tersebut akan memakai kulit paha kakaknya. Namun dipertimbangkan kembali karena hal itu bisa menyakitkan sang Kakak. Akhirnya, mereka memutuskan menggunakan kulit soa-soa.

Penangkapan soa-soa juga dilakukannya tidak sembarangan. Mereka memanggilnya dengan baik menggunakan bahasa Biak secara terus menerus “Hei, napiri Bo..”. Soa-soa akhirnya mengerti dan mau menyerahkan diri kepada dua saudara tersebut. Mereka menguliti soa-soa dan dipakai untuk penutup satu sisi kayu. Hasilnya adalah alat musik tifa seperti yang sudah dikenal banyak orang.

Demikianlah sejarah alat musik tradisional angklung dan tifa. Anda sebagai warga negara yang baik harus tetap melestarikan dan menjaga kesenian yang ada di Indonesia.

 

Tinggalkan Balasan