Pada basis koalisi pengusung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi yang paling banyak keluar dari jalur dukungan dengan perolehan 43,2 persen untuk oposisi dan 53,7 persen untuk Jokowi-Ma’ruf.
Tempat kedua diisi Partai Hanura dengan 39,6 persen, Partai Golkar 31,2 persen, Partai Perindo 27, 9 persen, dan Parrtai Nasdem 27,8 persen. Disusul oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 27,8 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 8,1 persen, dan PDI Perjuangan 6 persen.
“Pada kelompok partai koalisi Jokowi-Ma’ruf, basis PPP dan Hanura paling banyak terbelah kepada oposisi,” kata peneliti Indikator Rizka Halida dalam jumpa pers di kantornya, Cikini, Jakarta, Rabu (23/1).
Sedangkan PDIP menjadi pendukung paling solid mengusung pasangan capres nomor urut 01 tersebut yakni sebesar 90,1 persen.
Hasil tersebut ditanggapi Sekretaris Tim Kampenye Nasional Jokowi-Ma’ruf Jhonny G. Plate. Menurutnya, hasil penelitian Indikator menjadi gambaran bagi Koalisi Indonesia Kerja untuk bekerja lebih giat demi meraih suara penuh.
“Kami memperhatikan wilayah split-ticket votingnya kuat, khusunya Jawa Barat dan Banten. Ini akan menjadi perhatian. Serta kalau etnis, etnis Sunda menjadi perhatian kami juga,” katanya.