Jakarta, KabarBerita.id — BKKBN menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Cegah Stunting bersama mitra kerja di Provinsi DKI Jakarta. Acara ini digelar di Rumah Makan Raden Bahari, Jl. Buncit Raya No.135, RT.10/RW.2, Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan.
Hadir dalam sosialisasi Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dr Kurniasih Mufidayati, Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN Dr Edi Setiawan, Kepala Suku Dinas PPAPP Jakarta Selatan Drs Fathur Rochim dan Tokoh Masyarakat Ubaidillah.
Kurniasih dalam paparannya mengatakan, pemerintah perlu terus memperkuat peran pos pelayanan terpadu (posyandu), untuk mencegah stunting.
“Posyandu kita jadikan garda terdepan untuk mengatasi persoalan stunting,” kata Kurniasih dalam materinya.
Ia menjelaskan posyandu memiliki peranan penting dalam mengetahui tumbuh kembang anak yang baik melalui konsultasi dengan petugas.
“Dengan demikian, maka kita bisa mengetahui riwayat kesehatan balita sehingga segera dilakukan antisipasi jika ada gejala stunting yang menimpa anak,” ujarnya.
Kurniasih mengatakan melalui posyandu bisa mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita, baik dari segi berat badan, tinggi maupun lingkar kepala.
“Para kader posyandu harus mempunyai kemampuan yang mumpuni, karena ini berhubungan langsung dengan tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Sarana dan prasarana, kata dia, harus perbarui agar para ibu dan anak merasa nyaman ketika berada di posyandu.
“Mari kita ciptakan generasi bangsa yang mumpuni, salah satunya dengan rajin membawa anak kita ke posyandu agar balita terus mendapat pemeriksaan terhadap kesehatannya,” ujar ungkap Kurniasih.
Edi menambahkan, Posyandu mempunyai fungsi strategis dalam upaya menurunkan angka stunting, salah satunya melalui inisiasi Tim Pendamping Keluarga yang dibentuk oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Kementerian Kesehatan.
Edi menambahkan, Tim Pendamping Keluarga terdiri dari bidan, kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kader Keluarga Berencana (KB) dan akan menyasar para calon pengantin.
“Stunting kan penyebab utamanya gizi buruk. Sebelum menikah mereka harus diedukasi dan didorong untuk cek kesehatan,” kata Edi.
Dia menambahkan, saat ini masih sering ditemui kasus gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang disebabkan kurangnya pengetahuan, infeksi berulang kali, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya layanan kesehatan.
Oleh karena itu, kata Edi, Tim Pendamping Keluarga nantinya akan mengedukasi calon pengantin, mengidentifikasi faktor risiko stunting, dan melakukan pelayanan komunikasi hingga memfasilitasi untuk hadir di pelayanan kesehatan termasuk Posyandu untuk pencegahan risiko stunting.