Jakarta, KabarBerita.id — Polisi Myanmar melemparkan stun grenade atau granat kejut demi membubarkan demonstran pada Minggu (28/2). Granat ini didesain untuk mengacaukan indera lawan lewat kilatan cahaya dan bunyi ledakan keras hingga 170 desibel.
Tindakan untuk membasmi protes dilakukan usai pengumuman pemecatan utusan Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun. Saat itu ia mendesak PBB untuk menggunakan ‘segala cara yang diperlukan’ untuk membalikkan kudeta.
Polisi kembali turun ke jalan terutama di lokasi protes utama di Yangon. Seorang saksi mata menuturkan, tadi pagi polisi tiba saat ratusan pengunjuk rasa mulai berkumpul dengan mengenakan alat pelindung.
“Polisi melemparkan granat kejut ke arah kami. Kami harus lari dan bersembunyi tapi saya akan keluar lagi karena hari ini sangat penting, Jika kita semua keluar, mereka tidak bisa menang,” ujar salah satu pengunjuk rasa, Myint Myat, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu polisi di kota kedua Mandalay menembakkan senjata ke udara. Seorang dokter melalui sambungan telepon berkata tembakan senjata menjebak staf medis yang melakukan protes di rumah sakit kota.
Sejak Sabtu (27/2) polisi bergerak menghancurkan protes, menembakkan gas air mata, meledakkan granat kejut dan menembakkan senjata ke udara. Saksi mata menyebut ada pula polisi berseragam preman menyerang beberapa orang dengan pentungan. Bahkan 7Day News sempat melaporkan seorang wanita tewas ditembak di kota Monywa.
Akan tetapi Pemimpin Junta Jenderal Ming Aung Hlaing mengatakan pihak berwenang telah menggunakan kekuatan minimal.
Sementara itu, PBB belum secara resmi mengakui junta sebagai pemerintah baru Myanmar. Kyaw pun berjanji untuk terus berjuang.
“Saya memutuskan untuk melawan selama saya bisa,” kata Kyaw saat ditemui di New York.