SURABAYA, Kabarberita.id – Langkah-langkah nyata otoritas dalam mengembangkan ekonomi syariah makin terlihat nyata. Menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dunia bakal menjadi keniscayaan.
Dalam Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) IV di Surabaya pada tanggal 7 hingga 11 November 2017, terlihat langkah nyata itu. Tema kegiatan yang mencerminkan kolaborasi dan kerja sama semua komponen yang terkait dengan perekonomian syariah, mewakili langkah tersebut.
Tema tersebut dijabarkan dengan sejumlah kegiatan yang tercakup dalam Forum Syariah dan Pameran Syariah. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah daerah dan pihak-pihak terkait, seperti Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang baru terbentuk pada bulan Juli 2017, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan pesantren.
Selain itu, strategi pengembangan ekonomi syariah juga sudah tersusun yang mencakup tiga pilar, yakni pengembangan ekonomi syariah dalam bentuk “halal supply chain” atau jaringan aktivitas produksi barang dan jasa halal yang melibatkan usaha besar, menengah, dan kecil.
Selain itu, mempercepat sektor keuangan syariah dan memperkuat riset dan edukasi dalam membentuk “halal lifestyle” atau gaya hidup halal.
Berkaitan dengan strategi pengembangan ekonomi syariah tersebut, mulai tahun ini pengembangan ekonomi syariah tidak hanya terfokus pada sektor keuangan, tetapi juga sektor lainnya berupa “halal supply chain”.
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, pengembangan ini untuk mempercepat menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah.
Dengan demikian, kalau selama ini pengembangan ekonomi syariah terfokus pada sektor keuangan atau “bus”-nya, mulai tahun ini fokus juga diarahkan ke “penumpangnya”, seperti produksi produk halal yang mencakup mode, makanan, obat, dan kosmetika, serta pariwisata.
Jika “penumpang” berkembang baik, sektor keuangan syariah berikut instrumennya juga bakal mengikutinya karena usaha halal yang berkembang membutuhkan pembiayaan.
Keyakinan bahwa ekonomi syariah di Indonesia bakal berkembang baik sangat besar. Namun, hingga saat ini Indonesia masih menjadi pasar syariah terbesar yang saat ini nilainya pada tahun 2015 mencapai Rp3.000 triliun, dan sebanyak 70 persennya merupakan makanan halal.
Dengan makin fokusnya pengembangan ekonomi syariah, diharapkan Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga menjadi pelaku produksi barang dan jasa halal. Bahkan, kalau perlu mengekspornya mengingat produk halal tidak hanya menyasar umat Islam, tetapi juga lainnya.
Menurut Global Islamic Economy Indeks periode 2014 s.d. 2017 yang dikeluarkan Thompson Reuters, kata Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi menambahkan, Indonesia berada di peringkat 10 pasar syariah terbesar.
Di bidang makanan halal, Indonesia di peringkat satu, keuangan syariah (10), travel (5), mode (5), media dan rekreasi (6), dan obat-obatan, serta kosmetika di peringkat empat.
Dengan akan mulai diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada tahun 2019, potensi Indonesia dalam pasar produk halal makin kuat.
Luncurkan Buku Dalam ISEF 2017 itu, BI meluncurkan dua buku sekaligus dalam bidang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dengan judul “Masa Depan Keuangan Syariah Indonesia” dan “Memberdayakan Keuangan Mikro Syariah Indonesia”.
Menurut Perry Warjiyo, kedua buku ini merupakan hasil riset BI yang mengupayakan berbagai peluang dan tantangan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah di Indonesia.
Dengan makin luasnya riset mengenai ekonomi syariah serta koordinasi dan kolaborasi yang mendalam dari seluruh pihak, ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia diharapkan makin berkembang dan makin memberi manfaat bagi masyarakat.
Ia mengatakan bahwa praktik ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia yang erat kaitannya dengan sektor riil yang melayani semua segmen masyarakat, membuat Indonesia berpotensi menjadi kiblat dunia untuk industri maupun pembelajaran ekonomi dan keuangan syariah.
Indonesia juga memiliki peluang besar bagi pengembangan sektor keuangan syariah, khususnya pengembangan pasar, seperti upaya pengadaan produk yang memiliki kaitan dengan sektor ekonomi produktif seperti sukuk.
Dalam ekonomi dan keuangan syariah, sumber daya ekonomi senantiasa dijaga agar memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Penyelenggaraan ISEF kali ini menjadi momentum kolaborasi antara Bank Indonesia dan KNKS, Pemprov Jawa Timur, serta lembaga terkait lainnya.
Kolaborasi tersebut sesuai dengan tema yang diangkat, yaitu “Fostering Inclusive Economic Growth and Improving Resiliency through Closer Collaboration and Coordination”.
Kegiatan ISEF 2017 didahului oleh Festival Syariah (Fesyar) yang dilaksanakan di tiga wilayah utama ekonomi syariah lainnya.
Fesyar I dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 s.d. 27 Agustus 2017, Fesyar II dilaksanakan di Bandung pada tanggal 13 s.d. 15 September 2017, dan Fesyar III dilaksanakan di Medan pada tanggal 6 s.d. 8 Oktober 2017.
Semua kegiatan itu disesuaikan dengan salah satu misi ISEF, yakni mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif nyata dalam ekonomi syariah agar memberi dampak pada perekonomian nasional dan internasional.
Selain itu, rangkaian kegiatan ISEF terdiri atas forum syariah dan pameran syariah. Forum terdiri atas forum ilmiah yang mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif nyata, dan forum komunikasi/promosi/edukasi yang merangkai berbagai program, kebijakan, serta produk antarlembaga dan entitas bisnis syariah.
Sementara itu pameran syariah menghadirkan beragam produk dan jasa yang ditawarkan oleh lembaga, dunia usaha, termasuk kewirausahaan dan UMKM, dan pesantren berbasis ekonomi dan keuangan syariah.