Bangladesh, KabarBerita.id — Pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh merayakan penahanan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi oleh militer Myanmar pada Senin (1/2).
Berita penahanan Suu Kyi oleh junta militer Myanmar menyebar dengan cepat di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.
“Dia adalah alasan di balik semua penderitaan kami. Mengapa kami tidak merayakannya?,” kata pemimpin komunitas Rohingya, Farid Ullah.
Senada, seorang pemimpin pengungsi Rohingya di kamp Balukhali, Mohammad Yusuf mengatakan jika Suu Kyi sempat menjadi harapan ketika mereka menghadapi kekerasan brutal oleh militer Myanmar tiga tahun lalu.
“Dia [Suu Kyi] adalah harapan terakhir kami, tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya,” ucapnya.
Juru bicara Serikat Mahasiswa Rohingya, Maung Kyaw Min mengatakan jika penangkapan Su Kyi meningkatkan harapan bahwa mereka bisa kembali ke desa mereka di Myanmar.
“Tidak seperti pemerintah terpilih, militer (pemerinta) ini akan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Jadi kami berharap mereka akan fokus pada masalah Rohingya untuk mengurangi tekanan internasional,” kata Min.
Beberapa pengungsi Rohingya mengadakan doa khusus untuk merayakan ‘keadilan’ atas penahanan Suu Kyi.
“Jika otoritas kamp mengizinkan, Anda akan melihat ribuan etnis Rohingya keluar untuk pawai perayaan,” kata Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp Nayapara kepada AFP.
PBB mencatat sekitar 740 ribu etnis Rohingya meninggalkan negara bagian Rakhine pada Agustus 2017 untuk mengungsi ke Bangladesh karena ada upaya genosida.
Alih-alih membela Rohingya, Suu Kyi yang saat itu memimpin Myanmar justru membantah ada upaya pembantaian massal di Rakhine. Peraih Nobel Perdamaian pada 1991 itu justru membela militer Myanmar dalam sidang atas kekejaman terhadap Rohingya di Pengadilan Kriminal Mahkamah Internasional pada 2019