Pengamat: Usai Disikat Barcelona, Indonesia U-17 Butuh Terobosan Besar

Jakarta, KabarBerita.id — Kekalahan telak Timnas Indonesia U-17 dari Barcelona Juvenil A di Bali pada Rabu (2/8) dianggap sebagai sebuah peringatan bagi Bima Sakti Tukiman.

Hasil uji coba ini yang berakhir dengan kemenangan Barcelona 3-0, memperlihatkan kekuatan dan kelemahan Indonesia U-17 menjelang Piala Dunia U-17 2023. Pengamat sepak bola nasional Mohamad Kusnaeni berharap Bima membuat terobosan besar.

Terobosan yang dimaksud adalah melakukan pelatihan yang efektif dan tepat agar kualitas pemain meningkat. Dengan persiapan menuju Piala Dunia U-17 kurang dari 100 hari, kelemahan Indonesia U-17 disebut sangat banyak.

“Dengan skuad yang ada saat ini pekerjaan besar untuk coach Bima Sakti dan staf membuat terobosan meningkatkan level permainan tim ini, supaya nanti bisa bersaing di Piala Dunia,” kata Kusnaeni.

Namun kata pengamat yang biasa disapa Bung Kus ini, harus disadari pula bahwa Bima baru membentuk tim sebulan terakhir. Karenanya kekalahan dari akademi Barcelona dinilai tak terhindarkan.

“Yang pertama, kalau membangun tim usia muda itu butuh waktu panjang. Dulu Shin Tae Yong membangun tim U-20 hingga cukup kuat itu butuh dua tahun, uji coba di Eropa, TC di Eropa,” katanya.

“Nah, Bima ini hanya berapa bulan? Itu memang bedanya U-20 sama U-17. Saat U-20 kita punya kelonggaran waktu cukup banyak untuk mempersiapkan diri, sedang U-17 tapi kita ga punya waktu persiapan,” ucap Kusnaeni.

Karenanya pula Kusnaeni mengingatkan PSSI agar lebih galak menggelar kompetisi usia muda. Saat kompetisi Elite Pro Academy tidak digelar rutin dengan durasi panjang, kualitas usia muda Indonesia akan tertinggal.

Ketertinggalan itulah yang tergambar dalam permainan Indonesia U-17 saat melawan Barcelona Juvenil A. Kualitas individu pemain tertinggal dan pemahaman taktikal sangat kontras dengan sang lawan.

“Ini kendala tim pelatih dan menurut saya itu bukan hal yang ringan, bukan yang mudah untuk diatasi. Kedua, kita tidak punya kompetisi. Pemain yang ada di Timnas ini bukan hasil kompetisi,” ucapnya.

“Cuma pertandingan-pertandingan yang sifatnya kompetitif karena elite pro tidak bergulir dalam dua tahun ini. Jadi minim sekali kesempatan menguji kesalahan, meningkatkan diri dalam kompetisi,” kata Kusnaeni.

Tinggalkan Balasan