Malang, KabarBerita.id – Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berjanji tidak akan mengecewakan masyarakat di kampung halamannya yang berjuluk Arema (Arek Malang) dengan melakukan korupsi, bahkan ia rela setelah pensiun nanti hanya menggunakan mobil avansa.
“Saya nggak masalah kalau pensiun nanti hanya menggunakan Avanza, karena saya ingin bersih. Dan saya tidak ingin mengecewakan Arema. Selain itu, saya nanti kalau pensiun ingin kembali ke Singosari dan mencari belut,” katanya di sela bersilaturahim dengan Arek Malang di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa.
Pada kesempatan silaturahim dengan Arema, para ketua OSIS SMA/SMK di Kabupaten Malang itu, Hadi mengemukakan dirinya tahu betul bagaimana susahnya rakyat kecil. Ia menjadi anak pertama dari lima bersaudara. “Ayah saya seorang Serka (TNI AU) sedangkan ibu saya penjual rujak, sehingga tahu bagaimana susahnya menjadi orang tidak mampu,” ujarnya.
Ia menceriterakan saat itu kedua orang tuanya harus berjuang untuk menghidupi dan mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang sukses. “Dulu ibu utangnya banyak, barang-barng di rumah keluar masuk pegadaian, bahkan pernah sepatu bapak hilang, tapi ternyata sudah dijual ibu untuk beli beras,” kata Panglima dalam bahasa Jawa Malangan.
Meski kurang beruntung secara ekonomi, katanya, dirinya tidak putus asa, tidak patah arang, justru semangat untuk meniti berkarir hingga diangkat sebagai Panglima TNI. Saat pendidikan di Taruna, Hadi selalu serius menjalankan arahan-arahan dari pimpinan, bahkan saat banyak teman-temannya pulang pun ia tetap tinggal di asrama.
Saat sekolah di Perancis pun, Hadi juga selalu serius. Dan, pada saat ada masalah ia selalu menghubungi orang tuanya di Malang untuk meminta petunjuk dan doa. Oleh karena itu, Hadi berharap agar generasi penerus bangsa terutama dari Bumi Arema harus memiliki cita-cita tinggi, meskipun bukan anak orang kaya.
“Dalam kondisi apapun kita harus punya cita-cita. Kalau generasi muda tidak punya cita-cita, nanti tidak akan punya tujuan hidup yang lebih baik. Namun, cita-cita harus disertai dengan disiplin,” ucapnya.
Apalagi, lanjutnya, saat ini sudah memasuki generasi keempat revolusi industri (disruption) yang berbasis digital. “Kita harus mengubah diri, khususnya mental agar tidak sampai terpuruk. Dan, dari 235 juta penduduk Indonesia, sekitar 65 juta jiwa adalah generasi muda,” ujarnya.
Kondisi itu, lanjutnya, Indonesia memiliki kelebihan dibanding Jepang, yakni bonus demografi, sementara di Jepang justru krisis generasi muda.
“Oleh karenanya generasi harus bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan kondisi ini. Menjadi pimpinan (pemimpim) tidak hanya dari kalangan anak raja, jangan minder, kalian pasti bisa, mari perbaiki negeri ini, dan TNI harus menjadi lembaga yang bisa dibanggakan oleh rakyat Indonesia,” paparnya.