Nairobi, KabarBerita.id – Berakhirnya era Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mesin pengambilan uang yang disukai banyak orang, membayang di Kenya, saat bank secara bertahap menarik mesin itu dari pasar.
Sejumlah bank di negara Afrika Timur tersebut secara diam-diam menarik mesin tersebut dan meminta pelanggan untuk menggunakan telepon genggam dan agen saat mereka berusaha memangkas biaya.
Dengan meningkatnya penggunaan “mobile money” –transaksi uang dalam sistem operator telekomunikasi. Pulsa telepon selular sekaligus berlaku sebagai saldo tabungan. Pemilik telepon selular bisa melakukan transaksi, bahkan mencairkan pulsa atau saldo yang dikirim dari pemilik telepon selular lain– cuma masalah waktu saja sampai mesin itu, yang selama bertahun-tahun ada di mana-mana, menghadapi masa depan yang suram.
Rakyat Kenya bertransaksi dengan menggunakan “mobile money” dengan jumlah hampir tiga miliar dolar AS per bulan, dan jumlah itu terus naik dari tahun ke tahun, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang.
Besarnya volume tersebut telah membuat bank tak memiliki pilihan selain menghubungkan sistem mereka dengan sistem telekomunikasi itu, yang menawarkan layanan “mobile money”.
Hasilnya, kata Xinhua, ialah makin banyak orang Kenya menggunakan perbankan bergerak dan menjauhkan diri dari mesin ATM yang berada di pusat pertokoan serta pusar pasar.
Selain itu, pemberlakuan peraturan untuk mengekang suku bunga mengurangi margin keuntungan bank sehingga memaksa lembaga keuangan tersebut memangkas biaya.
Selain memutuskan hubungan dengan karyawan, menutup cabang dan mengurangi jumlah mesin ATM, bank-bank di Kenya telah menerapkan agen perbankan, termasuk menyediakan agen di lingkungannya.
Strategi untuk menggunakan agen dilaporkan bukan hanya membantu bank di negara Afrika Timur tersebut memangkas biaya dengan mempekerjakan lebih sedikit “teller”, mereka telah membantu mengurangi antrian di ruang bank mereka.
Ada lebih dasri 40.000 agen bank di seluruh Kenya, kata Bank Sentral.
Mereka melakukan layanan dasar perbankan seperti transaksi deposit dan penarikan, pembayaran rekening, pengiriman dana, dikeluarkannya formulir permohonan pembuatan rekening dan pinjaman.
Dengan bertambahnya agen dan penggunaan perbankan elektronik, banyak bank menyadari ATM memiliki peluang kecil untuk bertahan hidup di negara Afrika Timur itu.
Equity Bank, bank terbesar di Kenya dalam jumlah pelanggan, pada Rabu (2/8) mengakui ATM tak memiliki masa depan dalam mode baru bisnis mereka.
Bank tersebut mengumumkan penutupan 11 lokasi ATM di seluruh negeri itu saat bank tersebut mengalihkan pelanggan ke saluran pilihan dalam strategis pemangkasan biaya.
Kepala Pelaksana Equity Bank James Mwangi mengatakan agen dan perbankan bergerak memiliki keperluan modal kecil, sehingga itu menawarkan hasil terbaik dalam bisnis, tidak seperti ATM –yang memerlukan penanaman modal awal berupa pembelian mesin dan sewa tempat.