Kuala Lumpur, Kabarberita.id – Menteri Perekonomian Malaysia Dato Seri Mohamed Azmin Bin Ali menyinggung Indonesia saat menyerahkan kunci Apartemen Simfoni di Eco Majestic, Semenyih, Negara Bagian Selangor, Minggu.
Mantan Menteri Besar Selangor ini mengatakan faktor demografi menjadi penyebab semakin sulitnya kemampuan masyarakat memiliki rumah lantaran populasi Malaysia terus tumbuh sekitar dua persen setahun dan akan mencapai 38,6 juta pada 2040.
“Kita bisa juga belajar dari negara jiran yang juga menghadapi masalah yang sama untuk memberikan rumah layak huni untuk rakyatnya. Misalnya Indonesia mengalami pertumbuhan populasi yang pesat sebanyak 4,1 persen setahun dibandingkan dengan dua persen setahun di Malaysia,” katanya.
Ia memperkirakan Indonesia memerlukan antara 820.000 hingga satu juta unit rumah setiap tahun untuk memenuhi permintaan yang semakin bertambah mulai sekarang hingga tahun 2030.
Menurut laporan Bank Dunia, pemerintah Indonesia menjajaki penggunaan teknologi disruptif seperti kecerdasan artifisial (AI), analisis mahadata, teknologi blockchain, pesawat nirawak, dan layanan e-wallet untuk mengubah rangkaian nilai perumahan secara radikal yang bakal mengubah sektor perumahan terjangkau dan menambah taraf kehidupan jutaan masyarakat.
“Maka, pihak pengembang perumahan di Malaysia perlu segera menggunakan teknologi disruptif untuk melakukan transformasi kepada sektor perumahan sebagai jawaban kepada penyediaan rumah terjangkau untuk semua,” katanya.
Pemberian kunci apartemen tersebut menandakan pemerintah telah melaksanakan agenda memenuhi hasrat rakyat untuk memiliki rumah yang terjangkau dan layak dihuni untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia dan harmoni.
“Keberhasilan proyek ini membuktikan bahwa kerjasama strategik antara sektor umum dan sektor swasta adalah suatu kemestian untuk mencapai keadilan sosial. Kita juga faham bahwa keuntungan atau profit motive adalah pendorong utama bagi sektor swasta,” katanya.
Mengutip analisis Bank Negara yang menggunakan prinsip ‘median multiple’ indeks tahap ketidakmampuan memiliki rumah rakyat Malaysia menunjukkan peningkatan dari 4,1 pada tahun 2002 menjadi 5 persen pada 2016.
“Dalam tempo yang sama, harga median rumah juga telah meningkat 78,9 persen dari RM 175.000 pada 2002 menjadi RM 313.000 pada 2016, berbanding peningkatan median pendapatan kasar isi rumah hanya sebanyak 11,7 persen. Ketidakseimbangan ini telah menyebabkan indeks tahap ketidakmampuan memiliki rumah semakin meningkat,” katanya.