Bali, KabarBerita.id – Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan realisasi rasio elektrifikasi hingga akhir 2017 mencapai 94,83 persen atau lebih tinggi 2,08 persen dari target 92,75 persen.
“Kami berhasil meningkatkan rasio elektrifikasi hingga akhir 2017 menjadi 94,83 persen atau lebih tinggi dua persen dari target,” katanya saat menjadi berbicara dalam The Journal of Contemporary Accounting and Economics (JCAE) 2018; Doctoral Consortium and Annual Symposium di Kuta, Bali, Kamis.
Simposium JCAE 2018 yang diselenggarakan bersama oleh Universitas Airlangga, Deakin University Australia, The Hong Kong Polytechnic University, dan University of Technology Sydney (UTS) Australia, berlangsung di Kuta, Bali pada 10-12 Januari 2018.
Menurut Jonan, pada 2018, pihaknya juga optimistis rasio elektrifikasi akan mencapai 97,5 persen atau lebih tinggi dibandingkan target sebesar 95,15 persen.
“Sehingga, pada 2019, rasio elektrifikasi bisa mencapai 99,9 persen atau lebih tinggi dari target 97,5 persen,” katanya.
Jonan, yang juga merupakan alumni Unversitas Airlangga tersebut mengatakan pemerintah menyiapkan sejumlah program untuk mencapai angka rasio elektrifikasi hingga 99,9 persen tersebut.
Di antaranya, menurut dia, melalui pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) setempat.
“Di sejumlah wilayah Indonesia, jarak antardesanya berjauhan, sehingga akan dibangun listrik off grid bersumber EBT,” ujarnya.
Program lainnya adalah pemasangan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) melalui dana APBN.
“Tahun lalu pemasangan LTSHE mencapai 1.000 desa. Tahun 2018 ini kami targetkan mencapai 1.500 desa. Jadi, tahun ini tuntas 2.500 desa,” katanya.
Terakhir, pembangunan listrik desa melalui anggaran PLN (APLN) dan APBD.
“Jadi, program penyediaan listrik melalui sinergi APBN/APBD dan anggaran PLN di antaranya pada wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta memberi kesempatan swasta melalui peningkatan pemanfaatan sumber EBT setempat,” katanya.
Simposium JCAE tahunan selama dua hari tersebut didahului konsorsium doktor dan sesi khusus untuk studi Indonesia.
Konsorsium doktor memberi kesempatan kepada peserta mempresentasikan proposal dan berinteraksi dengan profesor internasional terkemuka.