MANILA, Kabarberita.id – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menilai bahwa ASEAN dalam usianya yang ke-50 telah membuktikan diri sebagai motor perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara, seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Minggu.
“Di tengah keraguan terhadap multilateralisme dan regionalisme, ASEAN telah membuktikan diri sebagai motor perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Menlu Retno Marsudi dalam sesi pleno Pertemuan Menlu ASEAN di Manila, Filipina pada Sabtu (5/8).
Pada sesi pleno yang membahas pembangunan komunitas ASEAN, Menlu RI menekankan bahwa selama 50 tahun terakhir ASEAN telah berhasil menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan.
Menurut Retno, keberhasilan ASEAN tersebut telah mencegah terjadinya konflik terbuka, memicu pembangunan ekonomi dan kesejahteraan kawasan yang menjadikan ASEAN sebagai mesin pertumbuhan kawasan dan dunia.
“Keberhasilan ASEAN dapat dilihat dari kawasan kita yang damai dan stabil dengan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata dunia,” ujar dia.
Lebih lanjut Menlu RI menyampaikan bahwa keberhasilan ASEAN tersebut terjadi karena beberapa kekuatan ASEAN, seperti dapat membangun institusi yang menekankan pada perdamaian dan stabilitas.
Dia menambahkan, ASEAN juga telah berhasil menghindari diplomasi “megaphone” dan mengedepankan diplomasi dialog.
Selain itu, lanjut dia, ASEAN telah berhasil membangun suatu perhimpunan yang berbasis aturan, dan hal itu merupakan bagian dari cara ASEAN yang berhasil membuat negara-negara anggota ASEAN berinteraksi dengan baik antarsesama dan dengan negara-negara di luar kawasan.
“ASEAN telah menjadi aktor kawasan dan global yang dihormati melalui ‘ASEAN-led mechanism’ untuk membangun dialog dengan negara di kawasan dan di luar kawasan,” tutur Menlu Retno.
Namun, untuk terus dapat menjaga keberhasilan yang telah dicapai, Menlu RI menegaskan ASEAN juga harus berhasil dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini maupun tantangan baru di masa depan.
Salah satu tantangan tersebut terkait dengan adanya rivalitas geopolitik, seperti di Laut China Selatan.
Terkait hal itu, Menlu Retno menekankan bahwa ASEAN harus terus dapat mengelola situasi dengan menghormati prinsip-prinsip dasar dan hukum internasional serta menjaga hubungan baik dengan semua pihak.