Jakarta, KabarBerita.id — Belakangan ini media sosial sedang ramai oleh perbincangan tentang pernikahan dengan sepupu.
Pasalnya momen kumpul keluarga saat Lebaran rupanya tak jarang jadi ajang cinta lokasi bersama sepupu.
Momen Lebaran memang menjadi momen orang saling bersilaturahmi antar keluarga besar. Dari pertemuan ini, tidak sedikit orang yang bertemu dengan banyak sepupu dan menyukai salah seorang di antaranya.
Dari fenomena ini mungkin terlintas pertanyaan, apa risiko kesehatan menikah dengan sepupu dekat?
Perkawinan sesama kerabat hingga sepupu dikenal dengan perkawinan sedarah atau consanguineous marriage.
Melansir Popular Science, perkawinan ini dianggap lebih berisiko menurunkan sifat-sifat genetik tertentu. Beberapa penyakit bawaan memiliki sifat autosomal recessive, yang artinya bisa muncul ketika sesama carrier atau pembawa gen-gen resesif menikah dan kemudian memiliki keturunan.
“Perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko cacat genetik pada keturunannya. Cacat seperti mutasi sel tunggal mungkin terjadi ketika anak lahir dari orang tua yang memiliki hubungan darah dekat,” kata Sadhana Ghaisas, ahli genetika di India, mengutip The Health Site.
Terlepas dari bagaimana hubungan antara pria dan wanita, perkawinan antara sepupu pertama atau kedua atau bahkan paman dan keponakan memiliki risiko tinggi cacat lahir pada keturunan mereka selama mereka memiliki garis keturunan yang sama.
Berikut sejumlah risiko kesehatan perkawinan dengan sepupu dekat.
1. Cacat bawaan lahir
Pernikahan antara sepupu dekat dapat menyebabkan cacat bawaan pada anak-anak mereka. Cacat fisik seperti kelainan jantung, kelainan bibir sumbing, hidrosefalus, dan polidaktili postaksial sering terjadi pada anak-anak yang lahir dari orang tua yang memiliki hubungan darah.
2. Gangguan mental
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa komunitas yang mempromosikan perkawinan sedarah memiliki risiko besar terkena gangguan bipolar, atau yang dikenal sebagai penyakit manik-depresi.
Bipolar disorder adalah gangguan otak serius yang menyebabkan perubahan suasana hati ekstrem dan perilaku tak terkontrol.
Beberapa gangguan mental umum lainnya yang terkait dengan pernikahan sedarah termasuk depresi, kondisi pengendalian impuls, gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, dan lain sebagainya.
3. Penyakit autosomal resesif
Perkawinan sedarah meningkatkan risiko terjadinya kelainan autosomal resesif seperti penyakit anemia sel sabit, sistinuria, fibrosis kistik, talasemia, dan fibrosis hati bawaan.
Perkawinan sedarah meningkatkan kemungkinan keturunannya menerima gen resesif dari orang tuanya.
4. Retardasi mental dan disabilitas kognitif
Meski hubungan antara kedua hal ini masih diperdebatkan, namun ada beberapa bukti yang mengatakan bahwa ada riwayat keterbelakangan mental dalam keluarga jika orang tua menikah secara sedarah. Risiko keterbelakangan mental pada anak bisa menjadi lebih tinggi.
Di antara semua pernikahan sedarah, hubungan darah paman-keponakan tampaknya memiliki risiko tertinggi pada keturunannya. Penelitian juga menunjukkan adanya penurunan kemampuan kognitif anak akibat perkawinan sedarah dan tingginya frekuensi keterbelakangan mental pada keturunan dari perkawinan ini.
5. Bayi lahir mati
Perkawinan antara sepupu juga meningkatkan risiko bayi lahir mati. Studi mengatakan bahwa risiko kelahiran mati berulang dan kematian bayi lebih tinggi pada anak yang lahir dari perkawinan dengan sepupu pertama.