Jakarta, KabarBerita.id — Sebuah studi mengungkap dua layar ponsel pecah tidak sengaja dipecahkan tiap detik. Angka ini didapat dari studi SquareTrade yang mengungkap lebih dari 50 juta layar smartphone rusak setiap tahunnya pada 2017.
Studi ini mengemukakan bahwa 66 persen pemilik smartphone tidak sengaja merusak ponsel mereka dalam satu tahun terakhir. Kerusakan yang paling umum adalah layar retak (29 persen).
Angka ini disusul oleh layar tergores (27 persen) di posisi dua, dan baterai yang tidak bekerja (22 persen) di posisi tiga. Jenis kerusakan lain yang dikeluhkan adalah masalah pada layar dan kecacatan pada eksterior, masing-masing 16 persen. Sehingga, studi itu menyebut biaya untuk memperbaiki layar tersebut mencapai US$3,4 miliar dolar AS.
Sebagian besar rusaknya layar ponsel ini akibat kecerobohan pengguna. Sebagian besar kecerobohan yang menyebabkan layar ponsel lepas karena terjatuh ke lantai (74 persen). Kecerobohan lain akibat jatuh dari kantong (49 persen), jatuh ke air (39 persen), terbentur (38 persen), jatuh di toilet (26 persen), atau jatuh dari tas (22 persen).
Untuk melindungi ponsel dan layar, sebanyak 85 persen pengguna ponsel menggunakan pelindung ponsel (smartphone case). Tapi tetap saja, sebagian dari ponsel itu (27 persen) tetap rusak meski sudah dilindungi.
Meski layar ponsel mereka retak, sebanyak 38 persen dari pemilik ponsel ini tidak memperbaikinya. Alasannya, harga perbaikan layar terlalu mahal (65 persen). Sebanyak 67 persen mengaku tidak akan memperbaikinya selama layar ponsel masih berfungsi. Sementara 59 persen memilih untuk membeli ponsel baru daripada memperbaiki ponsel mereka yang rusak.
Penelitian yang dilakukan pada November 2018 ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap 1.000 pengguna internet di Amerika Serikat