Menengok Islam di Taiwan yang Akulturatif

Jakarta –

Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Romi) berkesempatan mengunjungi Grand Taipei Mosque di Taiwan. Rombongan Romi disambut Ketua Asosiasi Muslim Taiwan, Salahuding Ma Chao Yen.

Dalam pertemuan tersebut pada Kamis (1/11/2017), Salahuding menjelaskan perkembangan Islam di negara berpenduduk 23 juta ini. Dikatakan Islam masuk ke Taiwan sejak 1.000 tahun silam lebih sebagai bagian dari jalur sutra yang menjadi jalur dagang.

Berkat pengaruh jalur sutra itu, Islam yang terbentuk di Taiwan itu akulturatif dan bersifat damai.

Mendengar penjelasan tersebut, Romi berpendapat corak Islam di Taiwan seperti itu menciptakan keterikatan emosi tersendiri dengan umat Islam di Indonesia.

“Taiwan adalah mitra penting untuk Indonesia. Dengan penduduk muslim mencapai 50 ribu orang, keberadaan 250 ribu WNI yang mayoritas beragama Islam menjadikan muslim Taiwan memiliki keterikatan emosional,” ujar Romi dalam rilisnya, Rabu (1/11/2017).

Menengok Islam di Taiwan yang Akulturatif

Selain bicara mengenai perkembangan Islam, Salahuding juga memaparkan lebih jauh tentang toleransi di negaranya.

Menurut Salahuding, toleransi terhadap umat Islam di Taiwan cukup baik. Itu dibuktikan dengan makin banyaknya industri pangan Taiwan yang meminta label halal yang artinya keberadaan umat Islam dalam menjalankan keyakinannya semakin dilindungi.

Menanggapi hal tersebut, Mantan Ketua Komisi Pertanian DPR ini menjelaskan bahwa setelah berlakunya UU No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, maka seluruh industri makanan yang masuk ke Indonesia, baik dalam maupun luar negeri, diwajibkan memberikan label halal produknya mulai tahun 2019.

Menengok Islam di Taiwan yang Akulturatif

Selain Romi, Ketua Umum Persatuan Tani Nusantara (Pertanu) Asgar Ali Djuhaep yang mendampingi Romi juga menawarkan kesempatan di sektor Industri untuk muslim Taiwan.

Masyarakat muslim di Taiwan dapat berinvestasi di sektor pertanian dengan mewujudkan nilai tambah dalam bentuk produksi lanjutan atau perbaikan kemasan.

“Indonesia sejak zaman Belanda selalu menjadi eksportir bahan mentah. Ke depan hal ini harus diubah agar seluruh rantai nilai tambah tercipta di dalam negeri,” ujar alumni Teknik Fisika ITB ini.

Di penghujung lawatannya di Taiwan, Romi mendapat buah tangan berupa Alquran berbahasa Mandarin dari Asosiasi Muslim Taiwan.

(adv/adv)

 

Tinggalkan Balasan