Kuningan, KabarBerita.id — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan angka buta huruf di Tanah Air turun drastis.
“Indonesia merupakan negara dengan penduduk nomor empat terbanyak di dunia, namun angka buta huruf hanya 2,07 persen,” ujar Mendikbud dalam peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) di Kuningan, Jawa Barat, Jumat (8/9).
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menambahkan tidak ada negara di dunia yang bebas dari buta huruf, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat.
“Di Amerika Serikat buta huruf sebanyak satu persen, sementara kita 2,07 persen. Maka membutuhkan kerja keras untuk memberantasnya,” katanya.
Dia menjelaskan buta huruf bukan hanya tidak bisa baca, tulis dan berhitung, tetapi yang lebih mendasar mereka harus mendapatkan sesuatu dari kemampuan baca tulis dan hitung itu.
Muhadjir menjelaskan kita harus hati-hati, jangan sampai mengajari anak membaca, tetapi tidak bisa belajar.
“Penelitian menyebutkan sebagian besar anak Indonesia ke sekolah, namun tidak belajar. Bersekolah dan belajar dua hal berbeda. Belajar tanpa mendapatkan pelajaran harus diwaspadai,” kata dia.
Salah satu contohnya, lanjut dia, adalah di media sosial yang negatif tanpa mendapatkan pelajaran sedikitpun.
Saat ini, jumlah buta aksara hanya sekitar 2,07 persen atau sekitar 3,4 juta jiwa. Saat ini, angka buta aksara masih terdapat di sejumlah provinsi, yakni Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen).
Sementara 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.