Gunung Kidul, KabarBerita.id – Masyarakat Dusun Kepek I, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan batik tulis dan batik cap khas Gunung Kidul untuk mendongkrak perekonomian dan memberdayakan masyarakat setempat.
Ketua Kampung Batik Manding Siberkreasi, Guntur Susilo, di Gunung Kidul, Minggu, menjelaskan potensi masing-masing daerah di Gunung Kidul sangat beragam. Seperti di Desa Jelok dikembangkan motif Gudeg Sinuwun, Khas Wonopawiro.
Selo Gupito hingga Manggleng di Kecamatan Girisubo telah dikembangkan motif batik yang sebenarnya ada maknanya. Motif yang dikembangkan di daerah-daerah itu menceritakan kondisi wilayah ataupun potensi dan ciri khas yang dimiliki.
“Kalau di Kepek I memiliki motif khas manding,” katanya.
Dia mengatakan ada lebih dari tiga desa yang sudah menjadi binaan Kampung Batik Manding Siberkreasi.
Khusus di Wonosari yang masuk lingkup binaan, lanjutnya, ada 15 konter yang telah berdiri. Konsep pengembangan usaha atau pemberdayaan yang diterapkan di daerah binaan tentu berbeda.
Para pengunjung yang datang ke rumah produksi dapat berbelanja sembari mengenal motif batik dan cerita yang ada.
Selain itu, lanjutnya, pengunjung juga bisa belajar mengenai cara membatik dan mencampur warna hingga proses akhir.
Tak hanya lokal daerah saja yang tinggal dan belajar membatik di Kepek khususnya di rumah produksi Kampung Batik Manding Siberkreasi melainkan juga dari luar daerah bahkan hingga luar negeri. Pasar batik sendiri menurut Guntur sangat besar lantaran pemasarannya menggunakan media sosial.
“Ya kalau ingin dapat kualitas bagus datang ke konter. Jadi tidak kaget dengan harga yang ada. Ini sudah mulai kok pembeli datang ke sini,” tambahnya.
Satu lembar kain batik cap produksi Kampung Batik Manding Siberkreasi dan binaannya dihargai sekitar Rp135 ribu, sementara untuk batik tulis mencapai Rp400 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung motif maupun tingkat kesulitan dalam melakukan pembuatan.
“Kalau untuk kendala adalah semangat masyarakat yang kurang dalam mengenal dan memahami batik. Bidikan kami adalah kaum muda, baik yang produksi karena kreativitas mereka maupun pembelinya mengikuti perkembangan zaman,” katanya.
Tokoh masyarakat Gunung Kidul Sumaryanta mengapresiasi kreativitas pelaku batik di Gunung Kidul, khususnya ibu-ibu yang mulai menggeluti dunia batik.
“Semangat para produsen perlu dipupuk, perlu ada perhatian yang lebih agar Gunung Kidul semakin memiliki nama di balik batik yang kembali dilestarikan, ucapnya. (KR-STR).