Ledakan Besar Jembatan Crimea, Dua Bagian Utama Hancur

Jakarta, KabarBerita.id — Jembatan Crimea-Rusia atau jembatan Kerch hancur di dua bagian utama usai ledakan besar terjadi di Jembatan terpanjang di Eropa, pada Sabtu (8/10).

Menurut rekaman video yang beredar di media sosial, ledakan itu meruntuhkan bagian jalan raya di jembatan dan rel Selat Kerch. Kerusakan jalan raya tampak parah, dua jalur menuju barat di dua tempat juga lumpuh.

Video dan foto-foto yang lain menunjukkan sebagian jalan di jembatan itu jatuh ke air.

Sebagian jembatan Crimea-Rusia itu hancur usai tangki berisi bahan bakar minyak (BBM) diduga meledak di lokasi itu. Namun sejauh ini belum ada kejelasan lebih rinci terkait penyebabnya.

Selain kerusakan fisik, ledakan di jembatan juga menyebabkan tiga orang tewas. Mereka yang meninggal diyakini penumpang mobil yang saat itu berada di dekat truk.

Komite investigasi Rusia menyatakan dua korban telah teridentifikasi. Aparat juga mengklaim sudah mengidentifikasi pemilik truk yang meledak.

Menanggapi ledakan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta komisi pemerintah melakukan pemeriksaan darurat di jembatan Kerch.

Sementara itu, Pejabat Crimea yang ditunjuk Rusia menyalahkan Ukraina soal ledakan tersebut.

“Para pengacau Ukraina entah bagaimana berhasil meninggalkan jejak darah di jembatan Crimea. Dan mereka punya sesuatu untuk dibanggakan,” kata Ketua Dewan Negara Republik Crimea, Vladimir Konstantinov.

Ukraina bak bersorak atas ledakan itu tanpa mengakui mereka bertanggung jawab soal serangan di jembatan sepanjang 191 km itu.

“Pertahanan udara Federasi Rusia, apakah Anda tidur?” demikian menurut Angkatan Laut Ukraina di Facebook.

Ketua partai Sliha Narodu, berkuasa di Ukraina, David Arakhamia, juga buka suara.

“Konstruksi ilegal Rusia mulai runtuh dan terbakar. Alasannya sederhana: jika Anda membangun sesuatu yang eksplosif, cepat atau lambat, itu akan meledak. Dan ini baru permulaan,” ujar David.

Jembatan Kerch membentang di Selat Kerch. Jembatan ini menghubungkan Laut Hitam ke Laut Azov, yang mana terdapat pelabuhan-pelabuhan utama Ukraina, termasuk Mariupol.

Bagi Moskow jembatan tersebut melambangkan “penyatuan kembali” fisik Crimea dengan Rusia.

Jembatan itu juga merupakan ekspresi fisik tujuan Putin untuk mengikat Ukraina ke Rusia. Setelah jembatan dibuka, Amerika Serikat mengutuk pembangunannya sebagai ilegal.

Rusia menghabiskan sekitar US$3,7 miliar atau sekitar Rp56 triliun untuk membangun jembatan ini usai berhasil mencaplok Crimea.

Tinggalkan Balasan